KANAL24, Malang – Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (SPUB) kembali menegaskan komitmennya dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berdampak luas. Kali ini, melalui program Pengabdian Masyarakat Strategis, SPUB menggandeng komunitas perempuan di kawasan Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC), Kabupaten Malang, untuk mengembangkan ekonomi kreatif berbasis ecoprint. Program bertajuk “Peningkatan Kapasitas Ekonomi Kreatif Komunitas Perempuan Melalui Workshop Ecoprint Berbasis Flora Pantai” ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga integrasi konservasi lingkungan pesisir.
Dr. Ir. Anthon Efani, MP, akademisi yang dikenal pakar dalam bidang sosial ekonomi perikanan memimpin langsung pengabdian tersebut dengan kekuatan utama dari tim ini terletak pada kolaborasi multidisiplin yang melibatkan Guru Besar dan Doktor dari berbagai bidang. Sinergi lintas keilmuan ini memastikan pendampingan dilakukan secara holistik, mulai dari teknik produksi, manajemen usaha, hingga legalitas hukum.
Baca Juga : UNAIR, ITS, dan UB Susun Roadmap Pengelolaan DAS Brantas Hilir Dukung SDG 6
Pantai Bajulmati, yang selama ini dikenal sebagai habitat pendaratan penyu, memiliki kekayaan flora pantai yang melimpah seperti pohon Ketapang (Terminalia catappa), Jati. Dr. Anthon Efani menjelaskan bahwa potensi ini belum tergarap optimal.
“Kami melihat daun-daun gugur di sekitar kawasan konservasi seringkali hanya dianggap sampah. Padahal, secara kimiawi, daun seperti Ketapang dan Jati memiliki kandungan tanin dan pigmen warna alami yang sangat kuat. Melalui teknik ecoprint, kita mentransfer jejak alam ini ke atas kain, menciptakan motif yang otentik dan bernilai jual tinggi tanpa merusak lingkungan,” ujar Anthon di sela-sela kegiatan.

Dalam workshop intensif yang digelar selama dua hari, puluhan peserta yang didominasi ibu rumah tangga antusias mempraktikkan teknik pounding (pukul) dan steaming (kukus). Mereka diajarkan cara mengolah kain (mordanting), menata komposisi daun untuk nilai estetika terbaik, hingga proses fiksasi agar warna tidak luntur. Hasilnya, tercipta puluhan lembar kain bermotif flora khas pesisir selatan yang kemudian dikreasikan menjadi produk turunan seperti tote bag, selendang, dan taplak meja.
“Workshop ini mengajarkan perempuan menata komposisi dan nilai estetik sehingga menghasilkan motif flora yang khas pesisir selatan,” lanjut Anton.

Kegiatan ini dirancang untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-5 (Kesetaraan Gender), ke-12 (Produksi dan Konsumsi Bertanggung Jawab), dan ke-14 (Ekosistem Laut). Dengan memberikan nilai ekonomi pada pohon-pohon pantai, masyarakat memiliki insentif tambahan untuk menjaga kelestarian vegetasi yang juga berfungsi sebagai benteng abrasi dan naungan bagi penyu bertelur.
“Ini adalah model ekonomi biru skala mikro. Ibu-ibu mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus mengeksploitasi laut secara berlebihan. Justru dengan menjaga pohonnya tetap hidup, pasokan bahan baku pewarna mereka akan terus ada,” tambah Anthon. Melalui program ini, Sekolah Pascasarjana UB membuktikan bahwa inovasi akademik dapat dihilirisasi menjadi solusi nyata bagi tantangan ekonomi dan lingkungan di masyarakat pedesaan. (sdk)










