KANAL24, Jakarta – Pengamat industri penerbangan, Hendra Soemanto mengaku, sebelum maskapai BUMN ini benar-benar ambruk, dia meminta pemerintah melakukan bedah total operasional, melakukan conceptual review , dan membangun tata kelola yang transparan dari seluruh jajaran manajemen, dewan komisaris, dan jajaran direksi.
Hendra Soemanto, berpandangan ada tujuh langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan Garuda Indonesia. Pertama dengan merestrukturisasi organisasi dan merampingkan struktur organisasi, biaya, dan me- review aset yang dimiliki. Kedua dengan mengoptimalisasikan resources yang tersedia seperti SDM dan aircraft operation .
Ketiga, lanjut Hendra, melakukan analisis value chain dan semua kegiatan internal perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu. Keempat, meningkatkan strategi marketing atau promosi. Kelima, melakukan analisis brand positioning yang diikuti oleh proses review terhadap rute penerbangan dan penetapan harga tiket.
Keenam, dengan menganalisis market outlook dan mengambil langkah-langkah strategis yang inovatif untuk meraih peluang market tersebut. Ketujuh adalah meningkatkan product quality, services , dan safety .
“Strategi pengelolaan organisasi tersebut tentunya harus dilakukan oleh people management yang mumpuni, berakhlak, mempunyai integritas tinggi, dan mampu mengedepankan kepentingan untuk memajukan perusahaan tentunya dengan dukungan dari pemerintah dan juga internal stakeholder , yaitu karyawan,” kata Hendra, Kamis (3/6/2021).
Terkait penawaran pensiun dini bagi karyawan, pria lulusan California State University Fresno ini berharap agar dapat dikaji ulang. Meski saat ini cashflow perusahaan sedang tidak baik, namun sebagai perusahaan yang memiliki banyak prestasi ini harus menganggap SDM sebagai capital atau asset .
“Tentu tidak mudah bagi sebuah perusahaan mencari dan mencetak SDM yang unggul yang dimiliki Garuda Indonesia saat ini,” ujarnya.
Hendra menyarankan agar manajemen melakukan restrukturisasi pinjaman dan melakukan renegosiasi kepada para lessor terkait dengan jatuh tempo utang agar cashflow perusahaan bisa berjalan dengan baik. Hal ini pernah dilakukan oleh Robby Djohan sebagai pimpinan Garuda Indonesia pada masanya.(sdk)