KANAL24, Jakarta – Pertengahan Agustus lalu, sejumlah korporasi global yang sejak lama beroperasi di Indonesia, menyatakan komitmennya untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). Komitmen ini sejalan dengan visi Pemerintah Indonesia untuk memenuhi target 23% bauran EBT pada 2025.
“Komitmen itu juga untuk mendukung 50% EBT dalam bauran energi nasional pada 2045, saat Indonesia memasuki usia 100 tahun,” kata Komisaris PT PLN, Eko Sulistyo dalam keterangan tertulis, Senin (20/9/2021)
Partisipasi sektor swasta ini bisa menjadi stimulan bagi upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia. Korporasi itu diantaranya adalah Danone Indonesia, Amazon, New Balance, Nike, Nutrifood, Schneider Electric, Six Senses, dan VF Corporation. Kegiatan itu difasilitasi Clean Energy Investment Acceletator ( CEIA ), organisasi internasional yang mendorong akselerasi transisi energi, khususnya di negara berkembang, dan memiliki pangsa pasar luas di Indonesia.
Keterlibatan korporasi global dan organisasi independen seperti CEIA , adalah sinyal besarnya perhatian komunitas internasional terhadap upaya pemerintah Indonesia mengatasi perubahan iklim. Kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim akan sangat berat jika hanya ditanggulangi pemerintah. Dibutuhkan partisipasi non-state actors seperti NGO, lembaga riset, akademisi, perguruan tinggi, sektor industri, bisnis, dan lainnya.
Dalam kajian Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan RI, kemampuan negara dalam pendanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim masih sangat terbatas, hanya sekitar 34% dari yang dibutuhkan. “Itu sebabnya pelibatan sektor swasta menjadi krusial. Fungsi pemerintah adalah dalam konteks regulasi, kebijakan, dan mendorong koordinasi kementerian dan lembaga, menjalankan mitigasi dan aksi iklim,” ujar Eko.
Keterlibatan sektor swasta dalam isu perubahan iklim di Indonesia sudah dimulai dengan pembentukan Indonesia Bussiness Council for Sustainable Development (IBCSD) sejak 2017. Dimotori beberapa pengusaha ternama, seperti Shinta Kamdani (CEO Sintesa Group), Febriany Eddy (CEO Vale Indonesia), Clayton Allen Wenas (Dirut PTFI ), dan lain-lain. Salah satu programnya adalah Restorasi Ekosistem Riau (RER), yang output-nya adalah menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati.
Dalam tinjauan Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi ( OECD , 2021), untuk menghadapi perubahan iklim, dibutuhkan transformasi ekonomi dan sosial, dan sektor swasta memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi iklim. Peran swasta ini dapat membantu masyarakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dengan dorongan, panduan dan kebijakan yang tepat, pengusaha di sektor swasta dapat mengembangkan solusi dan inovasi teknologi ramah iklim.
“Demikian juga dengan tren dan perkembangan mobil listrik. Dalam Global EV Outlook 2021 yang diterbitkan IEA (2021), lebih dari 10 juta mobil listrik berada di jalan dunia pada 2020, meningkat 43% dibandingkan 2019. Banyak faktor berkontribusi pada peningkatan perkembangan mobil listrik ini, diantaranya harga yang lebih kompetitif, insentif fiskal, dan gaya hidup rendah karbon,” tutup Eko.(sdk)