KANAL24, Malang – Terdapat permasalahan yang dialami oleh siswa penyandang disabilitas, baik dalam penyesuaian sosial maupun akademis di sekolah. Menumbuhkan kesadaran terhadap disabilitas penting untuk meningkatkan penerimaan teman sebaya dan persahabatan antara siswa difabel dengan siswa regular.
Hal ini karena penyandang disabilitas hingga kini masih rentan menjadi target sikap negatif teman sebaya di dalam maupun di luar ruang kelas. Mereka memiliki sedikit teman, beberapa kurang diterima dan jarang sosialisasi. Akibatnya, mereka mengalami perasaan kesepian. Oleh karena itu, dosen jurusan psikologi FISIP Universitas Brawijaya melakukan psikoedukasi melalui bacaan cerita bergambar, dengan tujuan mengenalkan dan meningkatkan sensitivitas anak terhadap penyandang disabilitas.
Kegiatan ini diinisiasi oleh tiga psikolog, yakni Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Ulifa Rahma, S.Psi, M.Psi., dan Faizah, S.Psi., M.Psi yang tergabung dalam Kelompok Jabatan Fungsional Disabilitas. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat (10/12/2021)dengan mengedukasi siswa-siswa di salah satu SD di Kabupaten Malang, belajar Pendidikan karakter siswa hebat bersosial, dengan diikuti oleh 57 siswa.
Kegiatan Bercerita Buku Bergambar Kepada Siswa Difabel (mega kanal24)
“Inti cerita dari buku bergambar ini adalah dinamika pertemanan antara siswa dengan hambatan berpikir dengan teman-teman sekelasnya. Terdapat gambaran teman-teman yang mendukung dan teman yang bersikap kurang baik kepada disabilitas. Dari bacaan bergambar ini, siswa diajak mengenal persamaan siswa penyandang disabilitas dengan teman regular lainnya, mengenal kebutuhan dan hambatan teman difabel, serta penjelasan tentang hal-hal yang dapat dilakukan bersama siswa penyandang disabilitas yang dikemas melalui cerita kesetiakawanan di sekolah,” terang Yuliezar Perwira Dara.
Kemudian, Ustadz Aditya salah satu pendidik mengatakan perlu praktik lebih jauh pada keseharian anak dari materi cerita bergambar ini. Dan anak usia sekolah dasar perlu adanya pembelajaran berulang-ulang dan media yang menarik antusiasme untuk membangun pemahaman dan sikap yang semakin baik.
“Dari program ini, terdapat peningkatan pemahaman dan sikap terhadap teman yg disabilitas. Siswa menjadi lebih memahami keterbatasan dan kebutuhan teman-teman disabilitas, serta memiliki persepsi yang lebih positif,” jelas Psikolog Ulifa Rahma.
Sikap yang dimaksud adalah mereka mau bergaul, mau mengajak duluan dan melibatkan teman yang disabilitas untuk masuk dalam kelompok bermain atau belajar. Sehingga kegiatan ini dapat menjadi langkah pencegahan terjadinya tindak bullying atau semacamnya, khususnya di sekolah inklusif. (Meg)