Kanal24, Malang – Dewan Penasehat PWI Pusat, Dr. Agus Sudibyo mengatakan, kini tidak hanya lembaga-lembaga pers yang bergerak dalam kegiatan jurnalistik, masyarakat umum bisa jurnalis, yang disebut citizen journalism.
Hal tersebut ia ungkapkan saat menjadi pembicara dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) bertajuk “Tantangan Jurnalisme di Era Digital” (22/11/2022).
Menurutnya, siapa pun bisa menjadi jurnalis, namun sebagai jurnalis, ia harus mengikuti etika jurnalistik.
“Barangsiapa yang mengaku jurnalis, harus memahami kode etik jurnalistik. Kalau ada aktivis media sosial, jika itu ruang publik maka yang dishare di situ harus relevan dengan kepentingan publik. Jangan pamer hanya untuk diri sendiri saja,” ungkapnya.
Agus mengatakan, jurnalis yang baik harus memikirkan dampak dari apa yang mereka tulis. Sebab, kebebasan pers tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan faktor lain.
Menurutnya, kebebasan pers sejajar dengan kepentingan umum lainnya. Mulai dari kesejahteraan manusia, perlindungan perempuan dan anak, atau kemanusiaan, kesejahteraan bersama, kedaulatan negara, dan lain sebagainya.
“Pers tidak perlu menutup-nutupi fakta namun mempertimbangkan dampak pemberitaan,” ujarnya.
Agus mengingatkan, siapapun yang ingin membuat konten jurnalistik, kreator konten, YouTuber, atau jurnalis warga, harus bertanggung jawab kepada masyarakat.
“Tanggung jawab dari apa yang ditulis dan dampaknya pada masyarakat,” tegasnya.
Agus juga menyinggung peran media dalam konflik politik. Peran media sebagai pembawa informasi sangatlah penting.
“Menjernihkan informasi, wacana, isu-isu yang berkembang di media sosial terkait polarisasi yang berkembang antar kelompok dan kepentingan politik,” kata Agus.
Pemilu 2024 adalah pemilu yang rentan karena arus komputasi media sosial menjadi semakin cepat. Tingkat kebingungan masyarakat terkait informasi yang benar dan salah semakin meningkat.
Media seharusnya berperan sebagai penjernih informasi. Karena jejaring sosial saat ini dengan mudah menolak informasi yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka.
“Artinya kita tidak boleh terjebak pada fanatisme. Media massa dalam hal ini berfungsi sebagai pembersih jangan sampai ikut-ikutan seperti media sosial” tukasnya.
Agus berharap agar generasi milenial khususnya mahasiswa FISIP UB dapat memilih pemimpin dengan bijak.
“Kelemahan sosok yang akan kita jadikan pilihan penting untuk diketahui. Dalam konteks memilih pemimpin Frans Magnis Suseno pernah berkata, memilih pemimpin yang baik dengan mencari kelemahannya paling sedikit dari yang lain,” tuturnya.