KANAL24, Jakarta – Neraca perdagangan menunjukkan peningkatan yang signifikan pada Mei 2019, dengan catatan surplus USD0,21 miliar, jauh dari perkiraan konsensus pasar sebesar USD1,38 miliar dan perkiraan Indo Premier Sekuritas USD0,97 miliar. Namun, secara keseluruhan struktur perdagangan tetap rapuh.
Melihat pada catatan defisit terdalam sepanjang sejarah pada bulan sebelumnya (April) sebesar USD2,29 miliar, catatan surplus pada Mei menerbitkan sedikit harapan terjadinya peningkatan kinerja perdagangan, apalagi jika mengingat pada Mei bertepatan dengan puasa Ramadan, yang secara tradisi terjadi perlambatan ekspor.
Surplus Mei dicapai sebagai hasil dari ekspor yang lebih tinggi secara bulanan (12,4% mom, -9% yoy) dan rendahnya impor (-5,6% mom, 17,7% yoy). Juga, terjadi peningkatan signifikan perdagangan nonmigas (non-oil and gas trade/NOGT) sebesar 249% dan pengurangan defisit perdagangan migas (oil and gas trade/OGT) sebesar 35%.
“Kami melihat perdagangan tetap rapuh karena terekspos risiko pada level harga dan perdagangan nyata,” ungkap Tim Analis Indo Premier Sekuritas dalam catatan risetnya, merespons pengumuman neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statitik (BPS), Senin (24/6/2019).
Berdasarkan data BPS, peningkatan NOGT dari semula defisit sebesar USD0,80 miliar menjadi surplus USD1,2 miliar mengubah seluruh narasi perdagangan pada Mei 2019 dari bulan sebelumnya.
NOGT meningkat karena ekspor nonmigas naik 10% (mom) yang antara lain didorong oleh peningkatan ekspor manufaktur. Dalam hal jenis barang, tiga kontributor teratas termasuk lemak hewani dan nabati, batu mulia, dan bahan bakar mineral.
Meskipun Cina tetap menjadi tujuan ekspor utama, nilai ekspor telah menyusut ke negara itu dan mitra lainnya, kemungkinan dari dampak harga. Dalam impor nonmigas, pengurangan bahan baku dan barang modal masing-masing sebesar 8% dan 2%, mengkompensasi kenaikan barang-barang konsumsi, seperti yang biasanya setiap bulan Ramadan.
Perdagangan migas yang lebih baik
Defisit OGT menyusut pada Mei menjadi -USD 0,98 miliar dari -USD 1,49 miliar pada April. Namun, Tim Analis Indo Premier tetap mewaspadai perkembangan di perdagangan migas, mengingat penyusutan defisit merupakan hasil dari peningkatan volume penambangan migas termasuk minyak mentah (+ 168% mom) dan gas (123% mom) sebesar masing-masing 960.5tnd dan 2140tnd ton, yang sangat mungkin tidak berkelanjutan karena rata-rata volume minyak mentah dan gas masing-masing adalah 287 dan 1661 ton, hingga April 19 – angka tersebut segera direvisi naik setelah realisasi data Mei.
Meskipun harga migas tetap relatif tinggi, peluang harga bisa dipersulit karena rendahnya ekspor riil di perdagangan migas.
Meskipun surplus Mei memberikan harapan pemulihan sementara bagi pasar, yang fokus perhatiannya masih pada pembentukan defisit neraca transaksi berjalan berdasarkan perdagangan, Tim Analis Indo Premier meyakini perdagangan secara keseluruhan tetap memprihatinkan, yakni berkaitan dengan 1)Lemahnya perdagangan riil migas meskipun harga yang relatif baik, dan 2) harga nonmigas yang moderat meskipun menunjukkan perbaikan terus-menerus secara nyata sejak 2016.
“Nada kehati-hatian yang sama juga ditunjukkan oleh pemerintah (melalui Badan Pusat Statistik) dengan peluncuran data Mei 2019.
Untuk meningkatkan perdagangan di lingkungan global yang tidak pasti memerlukan pembatatan penghalang struktural dan peningkatan kondusifitas investasi, yang baru akan terwujud dalam jangka menengah hingga jangka panjang,” papar Tim Analis. (sdk).