Kanal24, Malang – Perubahan sosial dan teknologi yang pesat mendorong perlunya ruang refleksi bagi generasi mahasiswa untuk memahami kembali makna perjuangan dan peran intelektual dalam membangun bangsa. Di tengah arus digitalisasi dan derasnya informasi, semangat kritis yang dahulu menjadi ciri khas pergerakan mahasiswa kerap diuji oleh tantangan zaman yang berbeda. Kesadaran inilah yang melatarbelakangi terselenggaranya forum diskusi dan temu intelektual yang mempertemukan lintas generasi aktivis dan akademisi guna memperkuat kembali nilai-nilai perjuangan mahasiswa Indonesia.
Menjawab semangat tersebut, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPMI) menggelar Reuni dan Seminar FAA PPMI di Auditorium Universitas Brawijaya, Malang, pada Sabtu (26/10/2025). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional, salah satunya Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, yang juga merupakan mantan aktivis mahasiswa era reformasi. Acara ini menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, gagasan, serta strategi menjaga relevansi peran mahasiswa dalam menghadapi perubahan sosial dan perkembangan teknologi digital masa kini.
Baca juga:
FILKOM UB Gelar Guest Lecture Robotika Bersama Profesor Waseda University
Transformasi Pergerakan Mahasiswa di Era Digital
Acara yang diinisiasi oleh PPMI ini dibuka dengan sambutan dari para pengurus dan perwakilan Universitas Brawijaya, disambut antusias oleh peserta yang hadir dari berbagai angkatan. Reuni ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga wadah untuk merumuskan arah baru perjuangan mahasiswa di tengah perkembangan teknologi informasi.
Dalam pemaparannya, Nezar Patria menjelaskan bahwa membandingkan mahasiswa masa kini dengan generasi terdahulu bukanlah hal yang bijak. “Setiap zaman punya semangatnya masing-masing. Mahasiswa dulu berjuang lewat media cetak dan selebaran, sedangkan sekarang perjuangan dilakukan lewat platform digital,” ujarnya. Perubahan bentuk media, lanjutnya, menuntut mahasiswa untuk beradaptasi tanpa kehilangan semangat idealisme dan sikap kritis yang menjadi ciri khas gerakan mahasiswa Indonesia.
Selain Nezar, sejumlah tokoh nasional lain juga hadir memberikan pandangan. Mereka menegaskan bahwa kampus harus tetap menjadi ruang yang subur bagi kebebasan berpikir, dialog terbuka, dan penguatan nilai kebangsaan. Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, mahasiswa diharapkan tidak larut dalam budaya instan, melainkan terus mengasah kemampuan analisis dan tanggung jawab sosialnya.
Moderasi Konten dan Tantangan Informasi Digital
Dalam sesi diskusi yang berlangsung interaktif, Nezar juga menyoroti peran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menjaga ruang digital agar tetap sehat dan beretika. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak melakukan sensor terhadap media sosial, melainkan menjalankan proses moderasi konten sesuai ketentuan undang-undang. “Apa yang dilakukan pemerintah bukanlah penyensoran, tetapi moderasi terhadap konten negatif, termasuk yang mengandung ujaran kebencian atau disinformasi,” tegasnya.
Nezar juga mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah menyelesaikan dua dokumen strategis nasional, yaitu Peta Jalan Nasional Artificial Intelligence (AI) dan Indeks Perkembangan Kecerdasan Nasional (IPKN). Kedua dokumen ini diharapkan menjadi acuan kebijakan dalam pengembangan teknologi AI di Indonesia dan sedang dalam proses pengesahan di Kementerian Hukum dan HAM sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Presiden.
Menurut Nezar, kehadiran AI dan teknologi digital membawa dampak besar terhadap pola berpikir masyarakat, termasuk mahasiswa. Oleh karena itu, perjuangan mahasiswa masa kini perlu diarahkan pada penguatan literasi digital dan tanggung jawab moral dalam menggunakan teknologi. “Perang mahasiswa hari ini tidak lagi di jalanan, tetapi di ruang digital. Mereka harus bisa melawan disinformasi dan menjaga etika komunikasi di dunia maya,” ujarnya.
Menjaga Api Perjuangan di Tengah Perubahan
Forum ini menjadi ruang reflektif bagi para alumni dan mahasiswa untuk meneguhkan kembali nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan oleh PPMI. Semangat idealisme, keberanian bersuara, dan kejujuran intelektual diharapkan tetap menjadi pondasi utama dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa.
Nezar Patria menutup pemaparannya dengan pesan agar mahasiswa tidak kehilangan semangat kritis hanya karena bentuk media dan cara berjuang telah berubah. “Dulu kita menyuarakan pendapat lewat koran dan diskusi kampus, sekarang perjuangan bisa lewat media digital. Namun yang terpenting adalah isi perjuangan dan keberpihakan pada kebenaran,” katanya.
Reuni dan seminar ini sekaligus menegaskan bahwa Universitas Brawijaya tetap menjadi ruang penting bagi tumbuhnya intelektual muda yang berpikir kritis, progresif, dan berkarakter. Melalui kegiatan ini, PPMI berharap dapat melahirkan kembali semangat solidaritas dan peran aktif mahasiswa sebagai agen perubahan sosial yang mampu menyesuaikan diri dengan dinamika zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai penjaga nurani bangsa. (nid/yor)
