KANAL24, Jakarta – Chief Economist Bank BNI (BBNI), Ryan Kiryanto meyakini, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 ini akan lebih baik dibandingkan tahub 2018 – 2019. Beberapa indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik secara eksternal maupun internal menunjukkan perbaikan.
Ryan optimis target pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang ditetapkan dalam APBN sebesar 5,3 persen akan tercapai. Salah satu faktor eksternal yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu mulai meredanya ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat (AS).
Faktor eksternal lainnya, adalah membaiknya pertumbuhan ekonomi di negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, China dan sebagian negara di Eropa. Ryan meyakini, kondisi ini bisa mendorong permintaan negara-negara tersebut atas produk-produk dari negara berkembang termasuk Indonesia.
“Kegiatan ekonomi di China yang melemah mulai membaik, kita tahu China adalah negara dengan volume ekonomi terbesar setelah Amerika. Eropa rata-rata juga tumbuh membaik, Jerman yang diproyeksikan resesi ternyata ekonominya tumbuh positif. Nah ini memberikan sentimen positif bagi negara berkembang termasuk Indonesia,” ujar Ryan dalam diskusi 2020 Digitalisasi Indonesia Outlook yang diadakan oleh Institute of Social Economic and Digital ( ISED ) di Kawasan Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2020).
Sementara itu dari sisi domestik, Ryan menyebutkan, banyak stimulus yang bisa dioptimalkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2020. Salah satunya adalah kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan kembali memangkas suku bunga acuannya (BI 7 Day Reverse Repo Rate / BI7 DRRR ) di tahun ini. Kemudian janji pemerintah yang akan mempercepat belanja barang ataupun belanja modal untuk mempercepat penyerapan anggaran pemerintah.
Dua hal ini bisa berpengaruh terhadap kenaikan konsumsi rumah tangga. Ryan memperkirakan konsumsi rumah tangga pada tahun ini akan mampu tumbuh minimal di batas bawahnya sekitar 5,1 – 5,2 persen. Jika hal ini terjadi maka kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap total PDB nasional bisa tembus di level 56-57 persen.
Dari sisi investasi dan ekspor, Ryan memproyeksikan akan terjadi perbaikan di tahun ini. Hal itu terlihat dari beberapa komitmen pasti investasi yang sudah masuk di Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) yang menunjukkan bahwa minat investasi asaing ke Indonesia sangat besar. Hal itu sejalan dengan upaya pemerintah yang mulai road show , menjemput bola agar investor segera merealisasikan investasinya.
Dari sisi ekspor meski terjadi defisit, tahun 2019 angka defisit berpotensi mengecil. Hal itu terkonfirmasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan angka defisit tahun 2019 turun menjadi USD3,20 miliar dari USD8,70 miliar di 2018. Tren penurunan defisit ini berpotensi akan berlanjut di tahun 2020 sejalan dengan kebijakan pemerintah yang komitmen untuk menekan impor dan menggenjot ekspor.
“Kami optimis 5,1-5,2 persen itu udah ditangan, tinggal tambahannya dari sisi fiskal entah 0,1 atau 0,2 persen. Untuk fiskalnya memang tidak gampang makanya butuh penyerapan anggaran butuh dipercepat,” pungkas Ryan.
Sementara itu Founder ISED , Sri Adiningsih mengatakan, bahwa perkembangan ekonomi digital yang saat ini terjadi akan menambah daya ungkit bagi pertumbuhan ekonomi. Pada 2019 nilai penjualan dari ekonomi digital ditaksir mencapai Rp500 triliun atau sekitar 4 persen dari PDB.
Berdasarkan kajian Temasek, Google dan Bain Company 2019, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sebesar 49 persen sejak 2015 lalu. Diproyeksikan hingga 2025 mendatang pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh pesat minimal pertumbuhannya 32 persen. Dijelaskannya bahwa bukti pertumbuhan ekonomo digital ini bisa dilihat di kota – kota besar melalui e-commerce. Bahkan ISED melihat kedepannya e-commerce juga akan mulai merambah ke kota-kota kecil di luar Jabodetabek.
“Kajian ISED menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia sudah mengerti akan digitalisasi, dan sudah memanfaatkannya. Oleh karena itu saya kira ekonomi digital ini juga akan berkembang pesat di luar kota metro. Jadi saya harap pemerintah daerah siap untuk mengantisipasi menggeliatnya ekonomi digital,” tutur Sri Adiningsih. (sdk)