KANAL24, Probolinggo – Belakangan ini para pelaku petani di Indonesia mulai banyak kehilangan naluri bercocok tanam. Bahkan, banyak pula yang beralih profesi dari dunia pertanian, dan memilih pekerjaan lain. Namun, diharapkan ke depan ada regenerasi petani, termasuk dari kalangan santri.
Hal itu disampaikan ke Wadir 2 Politeknik Pembangunan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian Pada Kementerian RI, Ir. Ismulhadi, dalam acara Ngaji Tani Akbar dan Munas Santri Tani Nusantara di Gor Pondok Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (25/1/2020).
Dikatakannya, bangsa ini terkenal dengan sumber daya pertanian yang luar biasa. Sebab, mata pencaharian mereka yang banyak bersumber dari cocok tanam. Namun belakang itu mulai menjadi mitos, atau legenda rakyat belaka. Sebab, menurutnya banyak pelaku tani yang sudah alih profesi pada pekerjaan lain.
“Ngaji Tani ini merupakan suatu terobosan baru. Sehingga nantinya bisa melahirkan para bibit-bibit baru, atau generasi muda pertanian,” ungkap Ismulhadi dalam sambutannya.
Sementara itu, Inisiator Ngaji Tani KH. Moh. Haris Damanhuri Romly menyampaikan, dengan adanya ngaji tani yang digagas dari wadah pesantren ini, bisa menjadi akar baru untuk memulai lembaran tani yang lebih jitu. Sehingga nantinya, dengan santri sebagai pelopor, mampu mendongkrak perekonomian bangsa.
Dikatakan Gus Harris, kaum ‘alim’ pertanian dengan pesantren sebagai benteng pertahanan umat dapat berkolaborasi untuk melakukan pemberdayaan pertanian sebagai ibadah sosial. Pesantren, menurutnya, harus bisa bicara tentang kitab tani dan kitab koperasi atau jamaah produksi dari perspektif nilai-nilai agama.
“Pesantren harus didesain untuk kemajuan umat dalam mengisi kekosongan model pendekatan bertani hari ini. Munas ini sebagai forum bahsul masail, urun rembuk bab pertanian terpadu serta melakukan ijtihad, mencari formulasi terbaik model bertani kekinian sebagai manhaj bertaninya kaum santri tani nusantara” paparnya.
Selain Kementerian, pakar pertanian, gapoktan, petani dan pesantren, imbuh Gus Harris, Ngaji Tani perdana ini juga akan melibatkan kelompok peternakan, tani hutan dan mahasiswa. “Juga organisasi kepemudaan dan masyarakat umum,” pungkasnya. (sdk)