KANAL24, Malang – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan dilantik hari ini rabu (20/1/2021) ini waktu setempat di Gedung Parlemen, The Capitol Hill, Washington DC. Pelantikan ini terlaksana setelah ia dan wakilnya Kamala Harris didaulat sebagai pemenang Pilpres AS pada 3/11/2020 lalu.
Menurut pakar hubungan internasional FISIP Universitas Brawijaya Adhi Cahya Fahadayna, S.Hub.Int., M.S pergantian Presiden AS ini secara sistemik belum memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika. Usia hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika bisa dibilang cukup tua, hampir sama dengan usia kemerdekaan RI. Hal ini menandakan kalau Amerika cukup punya ikatan yang luar biasa, bahkan proses pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda itu juga masih ada kontribusi dari Amerika. Utamanya Amerika yang bisa menekan Belanda karena dulu Belanda masuk skema marshal plan utama untuk restrukrisasi Eropa ketika perang dunia selesai. Jadi diplomasi antara Indonesia dan Amerika sebetulnya cukup vital dalam konteks politik global.
Kemudian, pergantian presiden ini akan berdampak bukan secara sistemik tapi pada hal-hal yang lebih umum. Contohnya kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Joe Biden mungkin akan lebih kuat komitmennya dibanding oleh Trump dan ini bisa dilihat dengan mengukur komitmen pemerintahan yang baru dengan politik luar negeri yang baru di kawasan Asia Tenggara. Karena itu yang mungkin secara sistemik akan berdampak dan Indonesia juga akan turut merasakan.
“Selama ini kita tahu,Trump kehilangan interest terhadap hubungan ekonomi maupun politik di asia tenggara karena doktrin atau kebijakan umum yang diambil adalah kebijakan isolasi. Artinya mereka ingin refocusing kedalam, memperbaiki internal, memperbaiki kondisi ekonomi. Makanya interest di kawasan asia tenggara kurang signifikan dibanding pemerintahan sebelumnya yaitu Obama,” katanya.
Sebelum Trump berkuasa, Obama sempat punya ide untuk menggagas Trans Pacific Partnership (TPP) yang merupakan organisasi regional negara-negara pasifik, Indonesia termasuk didalamnya untuk, diajak bekerjasama secara ekonomi bahkan kalau bisa membuat satu area perdagangan bebas yang bisa memudahkan aktifitas ekspor impor di negara Asia Pasifik. Akan tetapi ketika trump berkuasa, inisiasi ini dianulir dan Trump menggagalkan TPP. Lalu digantikan oleh Regional Comprehensive Economy Partnership (RCEP) yang digagas oleh Tiongkok. Disini kemudian porosnya jadi berubah, Tiongkok yang selama ini tidak pernah berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, hari ini jadi makin dominan. Terbukti Tiongkok juga bisa makin agresif di negara-negara Asia Tenggara terutama berkaitan dengan konflik perbatasan di laut cina selatan. Ini menjadi bukti bahwa peran Amerika yang kosong selama ini dimanfaatkan Tiongkok untuk mendominasi kawasan Asia Tenggara.
Biden harus bisa mengembalikan interest Amerika terutama ke kawasan Asia Tenggara dan Indonesia karena selama ini tidak ada hal yang cukup penting terjadi ketika pemerintahan Presiden Trump.
“Trump juga belum pernah berkunjung ke Indonesia dan ini menjadi bukti kalau Trump tidak interest kepada kita padahal presiden-presien sebelumnya berkunjung semua. Bahkan interaksi antara Presiden Jokowi dan Presiden Trump di forum-forum internasional juga tidak membuahkan hasil yang cukup signifikan. Ini yang mungkin harus dirubah kedepan karena secara umum presiden terpilih Joe Biden ini punya kebijakan yang berbeda dengan Trump,” jelas Adi.
Dosen mata kuliah politik AS ini melanjutkan, Biden didukung oleh kekuatan-kekuatan politik yang sifatnya lebih mirip dengan Presiden Jokowi, lebih dominan kerakyatan dan sangat membumi. Karakteristik Joe Biden yang didukung oleh masyarakat yang lebih liberal dan modern akan membawa dampak yang cukup berbeda di kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia. Biden akan lebih menghidupkan rencana-rencana kerjasama terutama di Asia Pasifik dan akan lebih terbuka serta yang paling penting adalah Biden ingin mengimbangi dominasi Tiongkok di kawasan Asia.
Kehadiran Amerika di kawasan Asia baik secara politik maupun ekonomi bahkan militer sangat penting, bukan untuk menunjukkan kekuatan Amerika kepada khalayak tapi untuk mencapai balance of power bagi stabilitas politik, militer, maupun ekonomi di Asia.
Harapannya presiden terpilih Joe Biden ini punya energi yang cukup luar biasa untuk memperbaiki semua maslaah yang ditimbulkan akibat kebijakan yang sudah diambil Trump. Bukan hanya mengembalikan Amerika secara militer tapi juga mengembalikan ‘nama baik Amerika’ di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Pasifik.(Meg)