Kanal24 – Tak ada definisi tunggal mengenai apa yang disebut sebagai “negara paling sengsara di dunia.” Namun, istilah ini kerap digunakan untuk menggambarkan negara-negara yang sedang terpuruk secara ekonomi, sosial, dan politik. Dalam konteks ekonomi, beberapa indikator seperti inflasi, pengangguran, suku bunga, dan pertumbuhan PDB per kapita sering dijadikan tolok ukur untuk mengukur tingkat kesengsaraan suatu negara.
Beberapa lembaga internasional secara berkala merilis peringkat negara berdasarkan indeks kesengsaraan ekonomi. Meskipun metodologi bisa berbeda-beda, negara-negara yang terus mengalami inflasi tinggi, pengangguran yang masif, serta ketidakstabilan politik biasanya konsisten muncul dalam daftar ini. Informasi yang digunakan dalam artikel ini berlaku hingga April 2025, dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada dinamika global.
Baca juga:
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Capai SBT Tertinggi, Sinyal Positif Ekonomi 2025
Negara-Negara yang Masuk dalam Daftar Hitam
Sejumlah negara terus menempati peringkat atas dalam indeks kesengsaraan ekonomi global. Berikut adalah beberapa contohnya:
1. Zimbabwe
Negara di Afrika bagian selatan ini telah lama dikenal karena hiperinflasi dan kebijakan ekonomi yang buruk. Inflasi di Zimbabwe pernah mencapai angka mencengangkan, yaitu 635,3 persen. Akibatnya, harga barang meroket dan daya beli masyarakat runtuh. Banyak warga harus bertahan hidup dengan pendapatan yang nyaris tak bernilai.
2. Venezuela
Negara kaya minyak ini mengalami krisis ekonomi berkepanjangan yang bermula sejak pertengahan 2010-an. Tingkat inflasi di Venezuela pernah menyentuh 59,6 persen. Krisis ini menyebabkan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, hingga layanan kesehatan dasar. Masyarakat hidup dalam ketidakpastian yang mendalam.
3. Sudan
Sudan menghadapi kombinasi antara inflasi tinggi, konflik internal, dan ketidakstabilan politik. Pada puncaknya, inflasi di negara ini pernah mencapai 200,1 persen. Ketegangan sosial dan kekacauan politik turut memperburuk situasi ekonomi yang sudah rapuh.
4. Lebanon
Bank Dunia menyebut krisis ekonomi di Lebanon sebagai salah satu yang paling parah di era modern. Nilai tukar mata uang anjlok, tingkat kemiskinan melonjak, dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah runtuh. Inflasi di Lebanon bahkan dilaporkan mencapai 221 persen, menjadikannya salah satu negara dengan tingkat kesengsaraan tertinggi di dunia.
5. Argentina
Meski tergolong sebagai negara berkembang dengan potensi ekonomi besar, Argentina berkali-kali jatuh ke dalam krisis utang dan inflasi tinggi. Krisis ekonomi yang berulang membuat negara ini kesulitan menarik investasi dan memperbaiki kualitas hidup masyarakatnya.
Apakah Indonesia Termasuk?
Indonesia saat ini tidak termasuk dalam daftar negara dengan tingkat kesengsaraan ekonomi tertinggi, meskipun sempat mengalami tekanan berat akibat pandemi COVID-19 dan kondisi global yang tidak stabil. Tingkat inflasi Indonesia masih dalam kategori moderat, dan pertumbuhan ekonomi secara bertahap menunjukkan pemulihan.
Namun, Indonesia tetap menghadapi tantangan seperti pengangguran struktural, ketimpangan ekonomi, dan perlambatan investasi di beberapa sektor. Oleh karena itu, meski belum tergolong “sengsara”, kewaspadaan tetap dibutuhkan untuk mencegah krisis di masa mendatang.
Faktor-faktor Penyebab Kesengsaraan Ekonomi
Berikut adalah beberapa penyebab umum yang memicu kesengsaraan ekonomi di berbagai negara:
- Kebijakan pemerintah yang tidak efektif atau koruptif
- Ketidakstabilan politik atau konflik bersenjata
- Krisis global atau fluktuasi harga komoditas
- Kegagalan dalam membangun sektor pendidikan dan infrastruktur
- Ketergantungan pada satu sektor ekonomi
Negara-negara yang gagal mengelola aspek-aspek tersebut cenderung lebih mudah terjerumus ke dalam krisis berkepanjangan.
Baca juga:
Mengenal BRICS, Aliansi Kekuatan Baru Ekonomi Dunia
Kesengsaraan Bisa Dihindari
Penentuan negara paling sengsara sejatinya bersifat relatif dan bergantung pada berbagai indikator. Meski begitu, jelas bahwa beberapa negara saat ini mengalami penderitaan ekonomi yang sangat nyata dan mendalam. Untuk keluar dari situasi tersebut, dibutuhkan upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat internasional, serta lembaga-lembaga keuangan dunia.
Sementara itu, bagi negara-negara seperti Indonesia, penting untuk terus memperkuat fondasi ekonomi dan sosial agar tidak jatuh ke dalam daftar negara sengsara. Kesengsaraan ekonomi bukanlah nasib, melainkan hasil dari kebijakan dan keputusan yang diambil hari ini. (nid)