KANAL24, Malang – Keterlibatan Perempuan dalam lingkaran terorisme di Indonesia mendapat perhatian banyak kalangan termasuk Fisip UB. Ada perbedaan pelaku dimana sebelumnya identik dengan laki-laki namun dalam beberapa tahun ini keterlibatan perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri dan calon pengantin patut dicermati sebagai fenomena baru.
Menggandeng The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia memprakarsai Indonesia Peacebuilders Forum 2019 bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) dengan tema “Can Gender Approaches Improve Response to Violent Extremism ?”. Selain itu, pelaksanaan IPBF 2019 sekaligus sejalan dengan kepedulian global akan pentingnya pendekatan gender untuk P / CVE Selasa (26/11/2019) di Gedung Widyaloka.
Dalam sambutannya Wakil Rektor IV Sasmito Djati mengapresiasi langkah yang di lakukan oleh Fisip.
“Kampus hedaknya menjadi garda depan terhadap partisipasi perdamaian dan mencari sluso terkait akar terorisme,” kata Samito.
Didepan sekitar 300 delegasi Samito berharap para cendekia, dan kaum inteketual bisa mencari formula yang bisa mencegah perempuan menjadi korban dari tindak terorisme dan berharap kesadaran gender menjadi poin penting dalam perdamaian.
“Keberagaman pemikiran terutama di kampus merupakan salah satu modal untuk bisa menciptakan perdamaian,” lanjut pendekar Tapak Suci ini.
Agenda Peacebuilders Forum sendiri akan berlangsung selama 3 hari tersebut, akan diisi oleh 4 planery dan 17 sesi parallel workshop yang akan diisi oleh berbagai negara di Asia Pasifik. Mulai dari Siti Altaf (Malaysia. Amalina Abdul Nasir (Singapore), Melisa Johnson (Australia), Suraiya Begum (Bangladesh) dan lainnya.
Lalu, pada hari ketiga akan melakukan kunjungan ke dua tujuan, yaitu tujuan pertama ke Pesantren Sidogiri dan Dalwah dan tujuan kedua yaitu Pesantren Tebuireng untuk mempelajari nilai-nilai pluralisme. (sdk)