KANAL24, Jakarta – Akses terhadap pembiayaan pada sektor keuangan formal masih menjadi tantangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM ), khususnya segmen ultra mikro (UMi) di Indonesia. Holding Ultra Mikro, diharapkan menjangkau 18 juta pelaku usaha yang masih mengandalkan lintah darat.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan masih ada 45 juta yang memerlukan tambahan pembiayaan, di mana 30 juta di antaranya belum mendapatkan akses keuangan formal.
“Berdasarkan riset menunjukkan masih banyak pelaku ultra mikro yang belum tersentuh. Bahkan, diperkirakan ada 5 juta pelaku usaha mikro masih mengandalkan lintah darat yang menerapkan bunga sangat tinggi untuk modal usahanya,” kata Sunarso dalam BRI Microfinance Outlook, Kamis (10/2/2022).
“Dengan adanya fintech juga belum cukup karena baru menyentuh pelaku ultra mikro sekitar 1,5 juta. Kemudian selebihnya ada 30 juta yang belum tersentuh lembaga pembiayaan formal, 5 juta mengandalkan loan shark yang bunganya lebih tinggi. Terus yang 7 juta kalau butuh pendanaan pinjam ke kerabat dan sisanya belum tersentuh sama sekali,” ujar Sunrso.
Sunarso menegaskan oleh sebab itulah kehadiran Holding Ultra Mikro, diharapkan menjangkau 18 juta dan juga pelaku usaha yang masih mengandalkan lintah darat.
“Rentenir nganggur dong? Kami tidak berhenti di sana, karena mereka bisa dilibatkan jadikan agen dari kita, modal dari kita, tools dari kita, tapi akan diwanti-wanti bisa kasih pinjaman dengan bunga maksimal sesuai aturan. Ini jadi bagian dari sistem keuangan,” tegas Sunarso.
Holding Ultra Mikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani menargetkan pada 2024 harus menyentuh 45 juta pelaku UMi. Sementara di 2022 ini nasabah baru ditargetkan bertambah 5 juta.(sdk)