KANAL24, Malang – Salah satu tanda dari diterimanya amal kebaikan adalah manakala suatu amal kebaikan itu terus berlanjut dilakukannya tanpa putus tanpa henti. Terus melanjutkan amal kebaikan yang dilakukan sebelumnya disaat suatu amal kebaikan itu telah selesai dilakukan dan dia meneruskannya lagi hingga batas akhir ujung hayat.
*Ibarat Air yang terus mengalir* tiada hanti, ia akan memberikan banyak kemanfaatan apabila terus mengalir dari hulu hingga hilir, dia akan mampu mengaliri sawah, menyuburkan sekitarnya dan menumbuhkan tetumbuhan. Namun air akan berubah warna, menjadi bau dan menebarkan penyakit manakala air itu menggenang dan berhenti mengalir, tidak bergerak lagi.
Demikianlah yang diajarkan dalam agama ini. Rasulullah mengatakan bahwa sempurnakanlah puasa ramadhan dengan berpuasa enam hari di bulan syawal (sehingga genap pahala setahun penuh) sebagaimana disebutkan dalam banyak riwayat hadist. Artinya terdapat suatu pesan moral disini yaitu janganlah kita langsung berhenti dalam menjalankan amalan kebaikan di bulan ramadhan hanya karena telah selesai atau berganti bulan dengan bulan lainnya, melainkan lakukan lagi dan lanjutkan amal kebaikan ramadhan itu di bulan selanjutnya, jangan langsung berhenti.
Demikian pula para ulama dan orang-orang di masa lalu (salafush sholih) mengajarkan budaya istiqomah pada kita dalam membaca alquran, yaitu apabila telah selesai atau khatam membaca alquran hingga surat An Naas, mereka tidak berhenti disitu namun melanjutkan membaca surat al fatihah hingga awal, tengah dan akhir surat albaqarah. Mengapa demikian ? Hal itu karena mereka tidak ingin langsung berhenti dalam melakukan amal kebaikan, namun berniat melanjutkannya dan terus menerus membacanya tanpa henti.
Demikian pula diajarkan ketika kita selesai melaksanakan shalat janganlah langsung berhenti (keluar dari ibadah shalat itu atau dari jamaah shalat) melainkan teruskan dan lanjutkan ibadah itu dengan berdzikir setelah solat hingga menutupnya dengan berdoa. Karena itulah tanda kebaikan dari sebuah amal kebaikan dan tentu akan memberikan lebih banyak lagi kebaikan.
*Ibarat kita sedang berkendara*, janganlah berhenti mendadak seketika karena hal itu akan membahayakan bagi dirinya bahkan juga bagi orang lain, jika hal itu dilakukan maka tentu akan kita akan terjatuh atau bahkan akan terjadi tabrakan dan akan berbahaya bagi orang lain pun yang ada di depan atau dibelakang kita.
Demikianlah para ulama kadang mengatakan, _“Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”_
Artinya bahwa janganlah kita rajin beribadah hanya pada saat bulan ramadhan saja lalu kemudian saat ramadhan telah berpisah maka hilang pulalah kebaikan itu. Maka itulah sejelek-jeleknya amal. Melainkan harusnya saat ramadhan telah pergi maka teruskan dan lanjutkan lagi amal kebaikan itu (yang dilakukan selama ramadhan) di bulan-bulan selanjutnya. Sebagian ulama salaf mengatakan,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
_“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”_
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan membawakan perkataan salaf lainnya, _”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan, namun malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”_
Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, yaitu terus dan terus tiada henti dalam menjalankan amal kebaikan. Sebagainana dikisahkan, pada suatu ketika, Alqamah pernah bertanya pada Ummul Mukminin Aisyah mengenai amal ke seharian Rasulullah, Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal? Aisyah menjawab,
لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً
_”Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (ajeg) (HR al-Bukhari dan Muslim)._
Artinya bahwa Rasulullah saw mencontohkan dan menganjurkan agar selalu istiqomah dalam melakukan amal kebaikan sekalipun amal itu sepele. Sebagaimana juga diriwayatka oleh sayyidah ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
_”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya (HR.Muslim)_
Demikian dalam riwayat lainnya dari sayyidah ’Aisyah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ
_”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit. (HR.Muslim)_
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa : _”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang terus menerus dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar, Yaitu Ibnu ’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam._
*Mengapa kita perlu melanjutkan amal kebaikan secara istiqomah dan tidak berhenti seketika?*. Karena *secara psikologis* hal yang berhenti atau berubah seketika akan menciptakan suasana keterkejutan (shock) psikologis yang itu berbahaya bagi kejiwaan seseorang. Sementara *secara spiritual*, hal demikian adalah cara syaithan dalam membalikkan hati manusia dari ketaatan kepada Allah swt. Ssbagaimana dikatakan oleh al imam Hasan Al Bashri _”Jika syaithon melihatmu kontinu mdalam melakukan amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaithon melihatmu beramal kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja, maka syaithon pun akan semakin tamak untuk menggodamu”._
Untuk itu, janganlah berhenti seketika dengan amal kebaikan yang telah kita lakukan (baik amal saat bulan ramadhan, shalat ataupun bacaan alquran kita), tapi lanjutkan terus dan terus secara istiqomah hingga ajal menjemput diri kita. Semoga Allah menjemput diri kita disaat sedang melakukan amal ibadah dan kebaikan. Semoga kita mendapatkan ridho-Nya dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang istiqomah di jalan kebaikan. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh ,Dosen Fisip UB Malang dan Motivator