KANAL24, Malang – Keterbatasan teknologi menjadi penyebab pengolahan minyak atsiri dari raw material menjadi produk fungsional di Indonesia terhambat. Direktur Institut Atsiri UB Prof. Warsito mengakui hal tersebut menyebakan banyak produk fungsional dari minyak atsiri seperti produk parfum masih berasal dari impor.
“Memang ironi ya kalau dilihat, minyak atsiri yang raw materialnya melimpah dan menjadi bahan parfum. Namun kita lihat masyarakat banyak membeli parfum dari luar negeri bukan parfum dari dalam negeri,” kata Warsito, Kamis (10/2/2022).
Fenomena ini menjadi keprihatinan Warsito karena produk tersebut seharusnya dapat diproduksi di Indonesia karena bahan bakunya tersedia melimpah.
Baca juga:
Kebutuhan Minyak Atsiri Meningkat Tajam
Warsito menyebut keterbatasan teknologi memang menjadi penyebab pengolahan minyak atsiri belum mampu menjadi produk fungsional yang beragam seperti parfum, pengharum ruangan, minyak terapi dan lainnya. Hal ini berbeda dengan di luar negeri yang memiliki teknologi pengolahan minyak atsiri menjadi merek parfum yang memiliki brand besar.
“Teknologi yang ada di Indonesia dalam bidang pengolahan memang masih terbatas. Sehingga selain impor minyak atsiri kita juga impor produk jadinya seperti parfum,” lanjut guru besar MIPA UB ini.
Untuk itu Warsito mendorong agar ada inovasi dari ilmuwan dan perguruan tinggi untuk dapat menghasilkan teknologi tepat guna yang mampu mengolah minyak atsiri menjadi produk fungsional. Teknologi ini penting agar industri skala UKM yang selama ini beredar di masyarakat mampu mengolah atsiri menjadi minyak dan beragam produk fungsional yang ada.(sdk)