KANAL24, Mojokerto – Produk Halal kini telah menjadi trend pasar dunia. Oleh karena itu hal ini bisa menjadi peluang besar bagi program One Pesantren One Produk (OPOP) di Jawa Timur untuk mengembangkan pasarnya lebih luas.
Hal ini dikatakan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat silaturrahmi pesantren dan peserta program OPOP Jawa Timur di aula Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Minggu (28/2/2021).
Gubernur mencontohkan, negara pengekspor baju muslim tertinggi ke timur tengah adalah Tiongkok. Peluang ini harus bisa diambil salah satunya dengan memanfaatkan banyaknya muslim schooler dari Indonesia di sana untuk bisa mengkomunikasikan bagaimana menguatkan perdagangan baju muslim buatan UKM ke Timur Tengah.
Contoh lainnya, Negara Thailand saat ini punya visi untuk menjadi negara yang mempunyai dapur khalal dunia. Kekuatan negeri ini adalah mempunyai restoran di banyak negara. Ini artinya visi tersebut memang sudah disiapkan dalam rencana nasional yang luar biasa.
“Dari Contoh-contoh tersebut, kita harus bisa membedah dan sadar bagaimana mereka sudah mendahului kita yang notabene mempunyai penduduk muslim terbanyak. Kekurangan kita adalah pada promosinya,” terangnya.
“Saya ingin memberi tantangan, dengan jumlah penduduk Jatim sebanyak 39,5 juta, ini bisa menjadi potensi strategis yang nantinya kita akan masuk pada potensi industri Halal, mulai halal food hingga fashion muslim. Kita akan membuat jaminan produk halal,” ujarnya.
Saat ini jumlah pesantren di Jawa Timur sebanyak 6.864 dengan jumlah santri terbesar atau lebih dari 1 juta santri di Indonesia. Dengan adanya OPOP bisa dikelola dengan mensinergikan tiga aspek. Yakni aspek santripreneur, berupa pengembangan SDM santri dalam berwirausaha. Kemudian aspek pesantrenpreneur atau penguatan kelembagaan pesantren sebagai kekuatan ekonomi berupa produk halal berkualitas. Serta aspek Sociapreneur, yakni sinergi alumni pesantren dengan masyarakat dalam pemberdayaan ekonomsi dan sosial.
“Target OPOP Jawa Timur hingga 2024 adalah mewujudkan 1 juta santripreneur atau santri yang berwirausaha, dengan 1000 produk unggulan pesantren dan 1000 sociopreneur,” katanya.
Hal ini dilakukan pembinaan beberapa aspek, pertama, berupa pembinaan aspek kelembagaan. Yakni dengan meningkatkan kualitas kelembagaan ekonomi koperasi pondok pesantren. Kedua, pembinaan sumber daya manusia pengelola koperasi dan pelaku UMKM. Ketiga, aspek kualitas produk, berupa peningkatan kualitas produk melalui merk, standarisasi dan kualitas kemasan. Keempat, aspek pembiayaan, berupa perluasan akses pembiayaan untuk pengembangan usaha, dan kelima, pembinaan aspek pemasaran, yakni dengan perluasan akses pasar produk pesantren dan alumni.
Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, KH Asep Saifuddin Chalim, mengatakan, guna mendukung pengembangan OPOP Jatim, Ponpes Amanatul Ummah berecana membantu senilai Rp 10 Juta setiap dua bulan sekali bagi Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) di Jatim yang ingin mengembangkan usahanya.
“Hal ini setelah ada forum silaturrahmi OPOP Jatim yang mengusulkan kepada kami bagaimana manajeman pesantren menuju pesantren bangkit. Maka, kita beri bantuan 10 juta, tidak harus membuat proposal atau pun lainnya. Kemudian sarana, prasarana, kit nya, transportasi gratis,” tuturnya.
Dengan begitu, kata KH Asep Saifuddin Chalim, tujuan menuju pesantren bangkit diharapkan bisa terwujud, dan dengan adanya OPOP ini akan sangat menunjang terhadap realisasi pesantren bangkit.(sdk)