Kanal24, Malang – Kota Malang kembali meraih predikat Kota Layak Anak (KLA) untuk kedua kalinya. Hal ini mendapatkan respon positif dari salah satu Pakar Tata Kota Universitas Brawijaya (UB), Fauzul Rizal Sutikno, ST., MT., Ph.D. Ia mengungkapkan pandangan dan pengalamannya yang menunjukkan betapa pentingnya kota yang ramah anak bagi perkembangan dan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, anak-anak membutuhkan taman yang memiliki fasilitas bermain untuk anak agar energi mereka tersalurkan dengan baik
“Saya pernah tinggal di Amerika, dan di sana, meskipun orang-orangnya terlihat individualistik dan jarang menyapa orang dewasa lain, mereka sangat perhatian terhadap anak-anak. Misalnya, ketika bertemu anak-anak, mereka selalu menyapa dengan ramah. Hal ini menjadi bagian dari budaya sehari-hari mereka,” ujar Fauzul.
Ia mengungkapkan, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Namun, Fauzul merasa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam hal interaksi sosial, terutama terkait dengan penghargaan terhadap anak-anak. “Pada saat kita belum menganggap bahwa generasi-generasi muda adalah sebuah investasi yang penting, perilaku kita tidak akan berubah. Kita harus mulai menghargai anak-anak lebih dari sekadar melihat mereka sebagai tambahan populasi.”
Menurut Fauzul, anak-anak membutuhkan ruang untuk bermain dan berekspresi. Ia mengingatkan kembali pada saat Alun-Alun Kota Malang baru dibuka pada tahun 2018, tempat tersebut dipenuhi oleh keluarga dan anak-anak yang bermain. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita, seperti halnya masyarakat di negara lain, membutuhkan ruang terbuka yang memungkinkan anak-anak beraktivitas fisik.
“A tired kid is a happy kid. Anak yang capek itu anak yang bahagia,” tegasnya. “Mereka membutuhkan taman dan ruang terbuka hijau. Sangat disayangkan ketika saya melihat ada layanan bermain basket untuk anak-anak di salah satu mall di salah satu kota besar di Jawa Timur, namun harus membayar. Ini membuat aktivitas fisik hanya terjangkau bagi anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke atas. Di Amerika, mereka tinggal pergi ke taman umum untuk bermain basket, tidak perlu sepatu mahal atau fasilitas eksklusif.”
Fauzul menekankan bahwa konsep Kota Layak Anak tidak hanya berkaitan dengan infrastruktur fisik tetapi juga dengan perubahan karakter masyarakat dalam berinteraksi dengan anak-anak. “Saya selalu berusaha lebih peduli terhadap anak-anak di sekitar saya daripada hanya berfokus pada orang dewasa. Ini adalah pengalaman berharga yang saya terapkan kepada anak-anak saya.”
Fauzul menyarankan agar pemerintah dan masyarakat lebih memperhatikan kebutuhan anak-anak dalam perencanaan kota. “Anak-anak perlu ruang untuk berlari dan bermain. Kota Malang dengan alun-alun dan taman-tamannya sudah memulai langkah baik ini. Namun, kita perlu terus mendorong agar lebih banyak ruang terbuka hijau dan fasilitas bermain yang bisa diakses oleh semua anak tanpa memandang status ekonomi mereka.”
Dengan pandangan ini, Fauzul berharap dapat memotivasi perubahan menuju kota-kota yang lebih ramah anak, sehingga generasi mendatang bisa tumbuh dengan bahagia dan sehat, serta membangun masyarakat yang lebih peduli dan inklusif. (nid)
Comments 1