KANAL24, Malang – Ketua Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya, Prof. Adi Susilo mengatakan, saat ini yang masyarakat sekitar gunung api bukan hanya fokus di mitigasi bencana saja melainkan juga harus bisa beradaptasi. Pernyataan ini ia sampaikan saat wawancara dengan kanal24.co.id, jumat (10/12/2021).
“Masyarakat perlu menyadari dibalik potensi suburnya tanah di sekitar gunung, juga menyimpan potensi berbahaya, yakni erupsi, lahar, dan adanya awan panas,” terangnya.
Lebih lanjut, Guru Besar FMIPA UB itu menjelaskan masyarakat harus ditertibkan dari radius bahaya. Kalau kasus di Semeru, masyrakat saat ini perlu menjauhi radius 3 km karena radius tersebut telah dilalui oleh awan panas.
Jarak yang cukup aman untuk relokasi tersebut adalah di luar jangkauan awan panas sekitar radius 6 km dari zona bahaya. Hal ini mengingat pada radius 3 km telah dilewati awan panas Semeru sehingga perlu diperlebar radius amannya.
Selain itu, sungai-sungai seperti sungai besuk dan kobokan yang berpotensi dilalui lahar baik panas maupun dingin ini menjadi warning bagi para penambang untuk sangat berhati-hati saat melakukan aktifitas menambang pasir di daerah sungai-sungai yang dialiri lahar.
“Masyarakat diharapkan bisa mematuhi rencana Pemerintah yang akan merelokasi warga yang rumahnya terdampak parah Bencana Awan Panas Guguran Semeru. Relokasi sesuatu yang sangat bijak yang dilakukan oleh Pemerintah, sehingga masyarakat bisa menuruti apa yang diatur oleh Pemerintah, dan ini hal yang baik untuk masyarakat,” tandasnya. (Meg)