Oleh: Aisyah Maratus Shalihah, Atha Fawwazah, Risma Indah Wati
Produk kosmetik merupakan produk yang digunakan untuk melindungi kulit wajah dan memperbaiki kulit wajah yang bermasalah. Saat ini penggunaan tumbuhan sebagai bahan kecantikan (kosmetik) maupun perawatan wajah/skincare sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini karena bahan kecantikan berbahan alami mengandung kandungan yang baik digunakan untuk produk kecantikan serta memiliki efek samping yang lebih ringan (Styawan, Wahyu., Linda, Riza., dan Mukarlina., 2016).
Salah satu bahan produk skincare yang mulai banyak di pasaran adalah Bakuchiol. Bakuchiol sering tersedia dalam bentuk serum yang mencegah keriput dan garis halus. Selain itu bakuchil memiliki klaim bahwa dapat meningkatkan elastisitas kulit tanpa membuat kulit kering dan iritasi, baik produk luar negeri maupun lokal (Zhenlong Xin., et.al, 2019; A.Kumar, 2021). Tapi sebenarnya, apa itu bakuchiol?
Bakuchiol merupakan bahan perawatan kulit yang diambil dari ekstrak daun, buah, maupun biji Psoralea corylifolia atau babchi. Dari sinilah asal nama ‘bakuchiol’. Tanaman ini sudah lama digunakan pada pengobatan India dan China untuk mengatasi berbagai permasalahan kulit, anti oksidan, anti inflamasi, dan antibakteri (Draelos et al, 2020).
Kebanyakan klaim dari produk perawatan kulit yang mengandung Bakuchiol berperan sebagai antiaging. Jenis senyawa ini penting untuk kulit karena banyaknya paparan sinar UV dari matahari dapat menyebabkan penuaan pada kulit, ditandai dengan kulit yang menipis, hiperpigmentasi atau bercak gelap, kerutan, dan kulit yang bertekstur (Dhaliwal et al, 2019).
Bahan antiaging yang banyak digunakan juga adalah retinol, turunan vitamin A. Namun terkadang penggunaan Retinol pada kulit sensitif dapat menimbulkan iritasi, gatal, kulit mengelupas, rasa perih hingga terbakar. Oleh karena itu, Bakuchiol dapat menjadi alternatif pengganti. Cara kerja Bakuchiol juga mirip dengan retinol, yaitu dengan meningkatkan kolagen pada kulit sehingga mengurangi kerutan. Menurut penelitian, efek antiaging pada Bakuchiol daoat terlihat dalam waktu 4-12 minggu yang diaplikasikan dua kali sehari dengan kadar 0,5% (Dhaliwal et al, 2019).
Selain sebagai antiaging, Bakuchiol juga dapat digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi atau munculnya bercap gelap pada kulit. Pigmentasi dinilai melalui penilaian klinis dan analisis wajah dari luas permukaan yang terlibat dan intensitas pigmen secara keseluruhan. Bakuchiol diklaim mempunyai efek yang setara dengan retinol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara bakuchiol dan retinol dalam analisis wajah atau penilaian klinis. Berdasarkan penilaian klinis, pada minggu ke 12 menunjukkan bahwa 59% peserta dalam kelompok Bakuchiol mengalami perbaikan dalam hiperpigmentasi mereka, sedangkan 44% dari peserta dalam kelompok retinol mengalami perbaikan dalam hiperpigmentasi. Hal ini disebabkan efek antioksidan Bakuchiol, serta kemampuannya untuk mengganggu sintesis melanin. Selain itu, Bakuchiol dapat mengganggu dua langkah jalur sintesis melanin yang merupakan penyebab munculnya warna pada kulit, dan memblokir aktivasi enzim penghambat sintesis melanin. Efek Bakuchiol dalam mengurangi produksi melanin kulit inilah yang menjadikan Bakuchiol digunakan dalam produk skincare antiaging dan antihiperpigmentasi (Dhaliwal, S., et al.2018).
Bakuchiol juga dapat berperan sebagai anti inflamasi. Inflamasi merupakan reaksi peradangan yang terjadi dalam tubuh dan terlibat dalam berbagai penyakit. Pada kulit, inflamasi ini biasa ditandai dengan munculnya jerawat dan kemerahan pada wajah. Dalam penelitian, Bakuchiol efektif menghambat inflamasi yaitu mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh dan perubahan pada jaringan paru-paru yang sakit serta melindungi paru-paru yang terkena infeksi dan telah menyebar pada anggota tubuh (Zhenlong Xin., et.al, 2019).
Dosis bakuchiol yang dapat digunakan dengan pengujian in vivo (pada mahluk hidup) yaitu (0–1 μg/mL) dapat menginduksi ekspresi GFP. Sedangkan pada dosis rendah (1 μg/mL) dapat memberikan efek secara esterogen in vitro (pada sel di luar tubuh mahluk hidup) (Zhenlong Xin ., et.al, 2019). Sehingga, dosis yang dapat digunakan untuk Bakuchiol sebagai produk skincare yaitu 0,1 – 10 mg/kg. Dimana dosis tersebut digunakan untuk mengetahui efek bakuchinin pada peradangan kulit. (Jae-Sung Lim., et al, 2020).
Penggunaan Bakuchiol dalam kosmetik memiliki banyak manfaat, namun tak lepas dari efek samping penggunaannya. Meskipun bakuchiol memiliki efek samping yang lebih ringan dari retinol, efek samping bakuchiol yang sering timbul yaitu eritema (kemerahan) pada kulit, pruritus/gatal, pengelupasan kulit, rasa menyengat atau terbakar, dan sensitivitas (Dhaliwal, S,. et al.2018).
Penelitian sebelumnya disebutkan bahwa Bakuchiol merupakan salah satu alternatif dari retinoid, karena mekanisme kerja yang hampir sama tetapi memiliki efek samping yang lebih ringan. Efektifitas yang paling menonjol pada Bakuchiol adalah kemampuan dalam mempengaruhi beberapa proses antioksidan. Dapat disimpulkan bahwa bakuchiol memiliki manfaat sebagai antiinflamasi, antikanker, antiaging, dan mengatasi hiperpigmentasi pada kulit. Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan bakuchiol adalah eritema kulit, pruritus/gatal, pengelupasan kulit, rasa menyengat atau terbakar, dan sensitivitas.(*)
Penulis: Mahasiswa Jurusan Farmasi UB