Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) kembali menegaskan kontribusinya dalam dunia penelitian hayati kelautan dengan pencapaian ilmiah terbaru berupa identifikasi dua genus baru dan tujuh spesies baru mikroalga dari laut Indonesia. Penelitian ini dipimpin oleh Oktiyas Muzaky Luthfi, S.T., M.Sc., dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB, bersama timnya yang terdiri dari peneliti multidisiplin dan kolaborator internasional.
Penemuan ini merupakan hasil kerja sama antara UB dan Universitas Szczecin, Polandia, serta didukung oleh beberapa institusi mitra lain. Fokus penelitian berada di wilayah Pulau Bawean, Jawa Timur, dan Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, dua kawasan yang dikenal memiliki kekayaan hayati laut yang belum sepenuhnya terungkap. Penelusuran dilakukan dengan menganalisis sedimen serta pecahan karang mati dari perairan tropis dangkal menggunakan teknik mikroskop cahaya dan mikroskop elektron pemindai (SEM).
Baca juga:
FPIK UB Berdayakan YPAC Kota Malang melalui Budidaya Lele Bioflok

Dua genus baru yang berhasil diidentifikasi adalah Paracatenula dan Wallaceago. Genus Paracatenula dengan jenis Paracatenula porostriata ditemukan di Gili Iyang, Pulau Bawean. Mikroalga ini memiliki ciri khas berupa struktur cangkang melingkar dengan pori-pori kecil dan bentuk katup pipih yang unik, memperlihatkan perbedaan antara bagian atas dan bawah. Sementara itu, genus Wallaceago ditemukan di Teluk Tomini dan dinamai Wallaceago porostriatus sebagai penghormatan terhadap Alfred Russel Wallace, tokoh penting dalam sejarah biogeografi Indonesia. Mikroalga ini memiliki bentuk katup menyerupai belah ketupat dengan garis-garis halus hanya di bagian bawah.
Selain dua genus baru tersebut, tim peneliti juga berhasil menemukan lima spesies baru dari kelompok Catenula, yakni Catenula boyanensis, Catenula komodensis, Catenula decusa, Catenula densestriata, dan Catenulopsis baweana. Masing-masing spesies memiliki karakteristik morfologi yang berbeda, mulai dari pola garis di permukaan cangkang, bentuk katup, hingga kehadiran ornamen silika yang memperkuat keunikan tiap spesies secara visual dan struktural.
Menurut Oktiyas Muzaky Luthfi, penemuan ini tidak hanya penting dalam aspek taksonomi mikroorganisme laut, tetapi juga memiliki implikasi luas dalam bidang pemantauan lingkungan laut, ekologi tropis, serta paleoekologi. Mikroalga, khususnya dari kelompok diatom seperti ini, memiliki peran vital dalam rantai makanan laut dan sebagai indikator kualitas lingkungan.
“Ini membuktikan bahwa laut Indonesia menyimpan banyak kehidupan mikroskopik yang belum kita pahami sepenuhnya,” kata Luthfi. Ia menekankan bahwa penelitian terhadap mikroalga merupakan peluang besar yang masih terbuka luas, terutama bagi mahasiswa.
Dalam pesannya kepada mahasiswa, Luthfi mendorong generasi muda untuk berani mengeksplorasi bidang-bidang penelitian yang belum banyak disentuh. “Sering kali mahasiswa bingung mencari judul skripsi, merasa mentok, padahal sumber ide ada di sekitar kita. Dengan kekayaan biodiversitas seperti ini, seharusnya tidak ada alasan untuk kehabisan ide,” ujarnya menekankan.
Penemuan penting ini telah dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional bereputasi, menjadi bagian dari upaya UB dalam memperluas kontribusi ilmiahnya di ranah global. Luthfi menambahkan bahwa studi ekologi dan taksonomi mikroalga berpotensi menghasilkan lebih banyak temuan baru yang tidak hanya memperkuat posisi UB di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional.

“UB punya potensi besar untuk menjadi pusat penelitian mikroorganisme laut. Kami sebagai dosen juga berkomitmen untuk terus menerbitkan temuan spesies baru. Sebuah langkah yang tidak hanya membanggakan secara ilmiah, tetapi juga membawa nama UB ke kancah internasional,” pungkasnya dengan penuh optimisme.
Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan ilmu kelautan Indonesia dan memperkaya katalog biodiversitas laut tropis dunia, sekaligus membuka jalan baru bagi riset lanjutan di bidang mikroalga dan taksonomi laut. (nid)