Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya (UB) bersama Institut Atsiri UB resmi melakukan soft opening Omah Atsiri Baloga, sebuah pusat inovasi dan edukasi berbasis tanaman atsiri, Rabu (05/02/2025). Acara pembukaan ini dihadiri oleh Rektor UB, Prof. Widodo, dan Ketua Institut Atsiri UB, Prof. Dr. Drs. Warsito, M.S., serta sejumlah stakeholder terkait. Omah Atsiri Baloga tidak hanya menjadi wadah hilirisasi riset, tetapi juga berfungsi sebagai destinasi wisata edukasi dan pusat pelatihan bagi masyarakat.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam mewujudkan Omah Atsiri Baloga.
“Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh elemen yang telah menyukseskan acara soft opening hari ini. Kolaborasi ini sangat penting agar UB memiliki aktivitas hilirisasi riset yang bisa langsung dinikmati oleh masyarakat,” ujarnya.
Prof. Widodo juga menyinggung potensi pengembangan produk lain, seperti kopi, yang saat ini sedang digarap oleh para peneliti UB. “Kami punya produk-produk lain yang mungkin akan menyusul, salah satunya kopi. Teman-teman kami banyak yang aktif di bidang kopi, mulai dari pembibitan hingga pengolahan. Jenisnya pun beragam, dan ini juga bagian dari upaya mereka dalam mengoptimalkan lingkungan,” jelasnya.
Rektor UB juga mengungkapkan rencana pembukaan Sain Technopark, yang akan menjadi tempat display berbagai produk inovasi UB, termasuk diagnostik. “Masyarakat sudah familiar dengan diagnostik, seperti tes kehamilan. Nah, kami punya lab yang bisa memproduksi prototipe diagnostik, dan ini bisa ditampilkan di Sain Technopark nanti,” tambahnya.
Fungsi Strategis Omah Atsiri Baloga
Sementara itu, Prof. Dr. Drs. Warsito, M.S., Ketua Institut Atsiri UB, menjelaskan bahwa Omah Atsiri Baloga memiliki empat fungsi utama. Pertama, sebagai sarana untuk mendekatkan dan memperkenalkan keatsirian kepada masyarakat. Kedua, menjadi destinasi wisata edukasi. Ketiga, berperan sebagai pusat pelatihan bagi berbagai bidang yang membutuhkan. Keempat, menjadi wadah promosi dan penjualan produk inovasi berbasis atsiri.
“Omah Atsiri Baloga ini hadir lebih cepat daripada rencana pembangunan hutan atsiri oleh otoritas IKN yang baru akan dimulai pada Oktober 2024. Kami di UB memilih untuk bergerak lebih cepat dengan membangun rumah atsiri di Baloga,” ujar Prof. Warsito.
Meski luas area Omah Atsiri Baloga lebih kecil dibandingkan rumah atsiri di Karanganyar, Solo, Warsito menegaskan bahwa keunggulan Omah Atsiri Baloga terletak pada segudang aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) yang dilakukan, mulai dari hulu hingga hilir. “Kami memaksimalkan apa yang kami tampilkan. Di halaman, ada 30 varietas tanaman atsiri dari 9 famili, yang dikelompokkan menjadi tiga kluster: herbal, rempah-rempah, dan tanaman atsiri itu sendiri,” paparnya.
Di dalam Omah Atsiri Baloga, pengunjung dapat melihat alat suling mini yang digunakan untuk mengolah tanaman atsiri menjadi minyak atsiri. Selain itu, berbagai produk turunan atsiri juga dipamerkan, menunjukkan hasil inovasi dan riset yang telah dilakukan oleh tim peneliti UB.
Tiga Tugas Besar Omah Atsiri Baloga
Prof. Warsito juga menyampaikan bahwa Omah Atsiri Baloga telah resmi mendapatkan proktor dari Pusat Inovasi dengan nomor 103 tahun 2024. Proktor ini menetapkan tiga tugas besar bagi Omah Atsiri Baloga. Pertama, menghasilkan prototipe dan produk inovasi berbasis atsiri. Kedua, meningkatkan daya saing minyak atsiri di tingkat nasional dan internasional. Ketiga, melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholder, baik di dalam maupun luar negeri.
“Kami juga menawarkan kepada Bupati Trenggalek untuk membangun Bukit Atsiri di Trenggalek, di mana terdapat hibah tanah seluas 300 hektar yang dapat dimanfaatkan sebagai wahana edukasi atsiri,” ujar Prof. Warsito.
Prof. Warsito berharap agar masyarakat dapat turut menyemarakkan pembukaan Omah Atsiri Baloga. “Dukungan masyarakat akan semakin memotivasi kami untuk terus berinovasi dan menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat,” pungkasnya.
Dengan hadirnya Omah Atsiri Baloga, UB semakin memperkuat perannya sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya fokus pada riset, tetapi juga pada hilirisasi dan pemberdayaan masyarakat. Omah Atsiri Baloga diharapkan dapat menjadi pusat inovasi yang menginspirasi dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas. (fan)