KANAL24, Malang – Kementerian kesehatan mencatat jumlah penderita asma di Indonesia meningkat 5 persen setiap tahunnya. Tiga Mahasiswa Teknik Komputer Kontrol Politeknik Negeri Madiun menciptakan alat pendeteksi penyakit asma yang mencegah asma kambuh dalam waktu dekat. Mereka adalah Miftaqul Nurdin, Hanifah Al Hafiz, dan Kevin Prada Putra.
Ibu dari Kevin Prada Putra, adalah pengidap asma dan sering kambuh tiba-tiba. Hal tersebut menjadi alasan terkuat dan juga penyemangat Kevin untuk menciptakan inovasi alat yang mampu mencegah asma kambuh dalam waktu dekat dengan akurat.
Alat ini bernama Asthor (Astma Detector) berupa alat pendeteksi asma portabel. Alat ini dilengkapi dengan sling bag supaya lebih mudah dibawa bepergian dan juga terlihat lebih natural daripada harus menggunakan alat dengan kabel-kabel yang banyak, yang di dalamnya terdapat sensor detak jantung, sensor kualitas udara, sensor suhu, dan sensor intensitas paru-paru.
“Jadi, pada sensor detak jantung. Jika berada di zona merah maka 80 persen asma berpotensi kambuh. Lalu, jika berada di zona kuning artinya aman atau 40-45 persen potensi asma kambuh. Kemudian, jika berada di zona hijau, berarti pengguna ashtor asmanya tidak akan kambuh dalam waktu dekat,” terang Kevin.
Ashtor sendiri sudah mulai dibuat sejak bulan Maret. Namun alat ini masih dalam tahap pengembangan, karena masih terhalang oleh sensor detak jantung yang belum beroperasi secara maksimal.
“Untuk sensor detak jantung, alat ini memeriksanya melalui jari tangan manusia dan hasilnya masih lemah. Jika memakai sarung tangan presisi yang dihasilkan sebesar 90 persen, kalua tidak pakai sarung tangan itu 40 persen. Jadi, kami masih terus mencari opsi yang lain supaya alat ini bisa mendeteksi jantung dengan presisi yang sempurna yakni 100 persen,” ungkap mahasiswa semester 5 tersebut. (meg)