Kanal24, Malanh – Pengamat Politik Universitas Brawijaya (UB) Dr. Verdy Firmantoro memberikan beberapa catatan penting terkait dengan narasi-narasi politik dan gaya komunikasi para calon wakil presiden (cawapres) pada debat cawapres yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Minggu malam (21/1/2024).
Sebelumnya, Verdy sudah memprediksi bagaimana gaya masing-masing cawapres dalam gelaran debat yang dilaksanakan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta tersebut.
“Saya telah menyampaikan di awal bahwa masing-masing paslon dalam debat kali ini tampil all out. Tentu, 01 dan 03 tampil offensive, sedikit agresif, meskipun 01 disini tampil sedikit lebih agresif daripada biasanya. Cuman, di segmen ketiga terkait desa, paslon 01 tidak terlalu agresif tentu saja topik ini merupakan bagian dari Kementerian Desa.” ujarnya.
Baca juga : Pakar Teknologi Pangan USM Sebut Muatan Cawapres Dibidang Pangan Masih Kering
Menurutnya, hingga segmen ketiga debat, dialektika antar cawapres belum terlihat signifikan. Verdy merasa serangan-serangan yang dialamatkan kepada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka oleh cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD belum cukup tajam.
“Seperti tentang adanya mafia, program hilirisasi yang masih bermasalah, cawe-cawe pemerintah pusat masih ada, itu pertanyaan-pertanyaan yang masih sifatnya umum belum tajam sehingga Mas Gibran tidak melakukan defense yang signifikan apalagi ia disini menjadi representative pemerintah.” katanya.
Lebih lanjut Verdy melihat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada masing-masing cawapres sudah sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, namun ia menyayangkan belum adanya diskusi yang lebih substantif yang sesuai tema debat yaitu Pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agrarian, Masyarakat adat, dan desa.
“Itu kan sebenarnya ada celah-celah yang bisa dikulik untuk kemudian menjadi diskusi yang lebih substantif tetapi sayangnya tadi masih belum ada aspek penajaman. Jadi hanya saling melengkapi dan mensupport.” ujarnya.
Verdy juga menyayangkan masih ada pola untuk saling menjatuhkan secara personal antar bakal wakil presiden itu. Menurutnya, publik pada akhirnya tidak bisa menangkap pesan yang lebih substantif terkait langkah strategis masing-masing cawapres dimasa yang akan datang.
“Kesempatan untuk saling bertanya antar paslon merupakan momen yang paling ditunggu, sayangnya masing-masing calon tidak cukup memberikan pertanyaan dan jawaban yang substantif, yang lebih terbangun adalah sentiment-sentimen personal yang jatuhnya saling menyindir satu sama lain akhirnya ketika disampaikan di ruang publik, pesan-pesan yang disampaikan menjadi tidak menyeluruh.” ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB tersebut menambahkan bahwa gestur atau gimmick yang ditampilkan masing-masing cawapres akan menjadi amunisi di ruang digital.
“Kita sekarang dimediumisasi oleh ruang digital, sehingga apa yang ditampilkan di ruang debat cawapres ini kemudian akan terkonversi di ruang media sosial yang lebih ramai dimana drama-dramanya akan semakin muncul n. Beberapa hari kedepan kita nanti akan melihat sebelum debat terakhir, istilah maupun gesture itu akan digunakan untuk menyerang satu sama lain.” terangnya.
Lebih lanjut Verdy menjelaskan bahwa hasil dari debat cawapres kali ini akan berdampak pada pergeseran swing voter maupun undecided voter. Menurutnya swing voter maupun undecided voter sebenarnya adalah orang-orang yang belum mendapatkan informasi atau literasi politik secara utuh sehingga dapat dipengaruhi oleh gimmick yang telah terkonversi ke dalam ruang digital.
“Ketika gimmick dari paslon itu terkonversi ke dalam ruang digital, maka yang terbangun disana bukan hal yang substantif tetapi lebih kearah pertarungan, polarisasi yang sifatnya sentimental yang melibatkan aspek emosional, like or dislike. Jadi itulah yang mempengaruhi swing voter maupun pemilih yang belum menentukan pilihannya, mereka bukan lagi memilih karena substansi tetapi karena emosional,”tegasnya.
Comments 2