KANAL24, Jakarta – PT Permodalan Madani Nasional (Persero) atau PNM menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM ) sebesar Rp38 triliun pada tahun ini.
Jumlah tersebut naik cukup tinggi dibandingkan realisasi pembiayaan yang dilakukan perseroan pada 2020 yang mencapai Rp26,9 triliun.
Execuitive Vice President Keuangan dan Operasional PT PNM, Sunar Basuki, menjelaskan tahun ini pihaknya menargetkan jumlah nasabah meningkat menjadi 9,6 juta orang dari 7,8 juta orang di 2020.
Dari jumlah itu pihaknya juga menyasar 650 ribu pelaku UMKM yang bisa naik kelas dengan diberikan dukungan pembiayaan dari PNM melalui program Mekaar atau Ulamm.
“Penyaluran kredit berkorelasi dengan jumlah nasabah. Juga karena ada program UMKM naik kelas sehingga jumlah plafon yang diberikan ke rata-rata nasabah juga naik. Kenaikan jumlah nasabah dan plafon itu mendorong kenaikan lending yang lebih tinggi,” kata Sunar, dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Rabu (10/2/2021).
Dengan target kinerja yang lebih ekspansif di 2021, Sunar menyadari bahwa perseroan membutuhkan dukungan likuiditas yang mumpuni. Selain memanfaatkan kas internal, PNM masih membutuhkan dukungan pembiayaan dari eksternal.
Pada 2020, komposisi pendanaan perseroan didominasi pasar modal yang nilainya mencapai Rp13,3 triliun atau setara 59 persen dari total modal yang digunakan untuk menggenjot pembiayaan.
Kemudian, kata dia, Rp6,22 triliun berasal dari perbankan (28 persen). Sisanya berasal dari pemerintah melalui dana penyertaan modal (PMN) sebesar Rp3,04 triliun (13 persen).
“Kalau kita lihat tren kompisisi pendanaan selama 5 tahun terakhir memang dana kita didominasi dari pasar modal kisaran 60 persen. Nah di 2021 ini kita akan coba pertahankan komposisi pendanaan tersebut,” papar dia.
Mengacu pada kinerja keuangan tahun 2020, tercatat perseroan mampu membukukan laba bersih sebesar Rp358 miliar dengan tingkat pendapatan Rp5,8 triliun. Sementara total aset hingga periode Desember 2020 sebesar Rp31,7 triliun, ekuitas Rp5,6 triliun serta liabilitas Rp26,1 triliun. Pencapaian ini dinilai cukup progresif di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Pandemi berdampak pada bisnis kita terutama dalam program Ulamm di mana pada April-Mei pembiayaan kita hentikan dan baru Juni kita bisa mulai kembali bangkit hingga akhir tahun, akhirnya kita bisa rebound,” ujarnya.(sdk)