Oleh : Noval Adib
Mengalami kondisi loss alias rugi adalah bagian dari aktivitas trading/investasi. Semua trader atau investor sudah PASTI pernah mengalami loss atau rugi. Bukan hanya pernah, tapi bolak-balik. Dan cutloss adalah exit strategy yang paling populer dalam menyikapi kondisi loss. Strategi lain yang sering digunakan dalam menyikapi loss adalah average down dan membiarkan saja kerugian itu terjadi sambil berharap suatu saat harganya akan berbalik arah mantul ke atas. Semua cara di atas baik semua pada konteksnya masing-masing. Namun kali ini saya ingin fokus hanya membahas cutloss saja sebagai sebuah strategi untuk keluar dari jeratan kerugian.
Setiap trader atau investor harus menyadari dari awal bahwa meskipun tujuan berinvestasi atau trading adalah untuk mencari keuntungan atau cuan, namun jangan pula dilupakan bahwa potensi rugi atau boncos menurut istilah yang biasa digunakan oleh para trader akan selalu ada. Dengan kata lain setiap investor atau trader harus mempunyai trading plan. Kesadaran ini penting untuk menjaga trader atau investor untuk selalu berhati-hati dalam memilih saham yang akan dikoleksi serta aksi-aksi yang akan dilakukan setelah itu. Bagaimanakah bentuk riil dari sikap kehati-hatian investor/trader itu? Ada 2 strategi untuk mengambil keputusan yaitu entry strategy dan exit strategy. Untuk entry strategy beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan:
1. Pilih saham yang secara fundamental bagus, baik fundamental kuantitatif maupun fundamental kualitatif. Kondisi fundamental kuantitatif yang bagus bisa dilihat dari beberapa rasio keuangan antara lain PBV (Price to Earning Ratio, perbandingan antara harga saham dengan nilai bukunya) di bawah 1 serta DER (Debt to Equity Ratio, perbandingan antara hutang dengan ekuitas alias modal sendiri) yang juga di bawah 1. Adapun kondisi fundamental kualitatif perusahaan yang bagus adalah perusahaan dari sektor industri yang bisnisnya yang masih bersinar, tata kelola perusahaan (corporate governance)nya bagus serta dikelola oleh tim manajemen yang handal atau bereputasi tinggi. Itu semua bisa dilihat pada annual report/laporan tahunan perusahaan serta media massa sebagai sumber informasi pembanding yang independen.
2. Pilih saham yang secara teknikal sudah kecil kemungkinan untuk turun lagi. Cutloss adalah tindakan yang beorientasi jangka pendek, oleh karena itu kemampuan analisis teknikal perlu dikuasai dan terus dipelajari. Beberapa indikator teknikal yang perlu diperhatikan untuk saham yang kemungkinan untuk turun lagi sudah kecil adalah stochastic di bawah 20% dan RSI di bawah 30%. Sedangkan untuk indikator Bollinger band, harga di dekat atau menyentuh band bawah. Masih ada beberapa indicator teknikal lain yang bisa dilihat, namun 3 indikator tersebut di atas sudah cukup untuk jadi panduan bahwa suatu saham sudah berada di area dasar sehingga sudah kecil kemungkinan harganya akan turun lagi. Yang besar justeru kemungkinan harga akan mantul ke atas, tinggal menunggu momennya saja.
Itu tadi strategi untuk mengoleksi saham alias entry strategy dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan termasuk kemungkinan meminimalisir cutloss. Nah sekarang bagaimana exit strategy kalau sudah memegang saham dan kebetulan rugi? Kondisi ini seringkali dilematis dan mengombang-ambingkan emosi investor atau trader karena memang menanggung kerugian itu tidak enak. Ditambah lagi bahwa secara matematis memang untuk kembali ke harga semula dibutuhkan persentase yang jauh lebih besar dibanding ketika harga tersebut turun. Contoh, saham yang harganya turun dari Rp.100 ke Rp.50 berarti turun 50%. Tapi untuk kembali dari Rp.50 ke Rp.100 perlu kenaikan 100%. Jadi bisa dibayangkan betapa beratnya membalikkan keadaan dari kondisi rugi ke sekedar kondisi impas, apalagi ke kondisi untung. Maka dari itulah kehati-hatian ketika mau masuk ke suatu saham adalah sangat penting sebagaimana telah dibahas di atas. Namun ketika sudah terlanjur terjebak atau istilah populernya di kalangan investor/trader “nyangkut”, maka mau tidak mau perlu ditentukan alternatif-alternatif solusinya. Beberapa alternatif berikut ini bisa dijadikan rujukan oleh para trader/investor yang sahamnya nyangkut:
1. Disiplinkan diri untuk selalu segera cutloss ketika saham yang dimiliki turun 3% atau maksimal 5%. Dengan menghentikan kerugian di titik minus 5% artinya masih ada 95% modal yang bisa diselamatkan. Dengan kata lain energi untuk “membalas” kerugian yang 5% itu masih sangat besar. Ini exit strategy yang cukup mudah sebetulnya, cuman trader/investor sering digoda oleh emosinya sendiri dengan spekulasi bahwa sahamnya yang nyangkut tersebut akan kembali naik. Memang bisa saja spekulasinya itu benar namun bisa jadi sebaliknya, sahamnya terus merosot dengan persentase minus yang semakin besar. Oleh karena itu yang paling simpel adalah relakan hilang yang 5% dan gunakan sisa modal yang selamat dan masih sangat besar itu untuk mencari saham lain dengan lebih hati-hati. Ingat bahwa jumlah saham yang diperdagangkan di BEI itu ratusan sehingga masih sangat banyak saham lain yang bisa dipilih untuk mengembangbiakkan modal, daripada hanya berdiam diri menunggui saham yang bikin boncos itu.
2. Tapi bagaimana kalau nyangkutnya sudah terlalu besar? Misalnya sudah belasan persen atau 20% atau lebih dari itu? Ini kondisi yang cukup sulit sebetulnya, atau malah dibilang sangat sulit, untuk membalikkan keadaan ke kondisi semula. Effort yang diperlukan tentu jauh lebih besar dibanding ketika ruginya masih 5%. Yang pertama perlu dilakukan adalah kembali ke jurus dasar, yaitu mengecek kondisi fundamental dan teknikal saham tersebut. Periksa secara fundamental untuk kondisi terakhir apakah saham nyangkut tersebut sudah sangat murah? Ini bisa dilihat dari PBV nya. Kalau PBV nya sudah jauh di bawah 1 berarti saham tersebut memang sudah sangat murah. Dalam kondisi seperti ini investor bisa memilih untuk bertahan pada saham tersebut karena kemungkin untuk turun lagi sudah sangat kecil.
Kemudian yang perlu dicek adalah kondisi teknikal saham nyangkut tersebut. Kalau secara teknikal posisinya memang sudah di dasar atau oversold, maka melanjutkan untuk bertahan di saham tersebut boleh saja, sambil berharap saham tersebut segera rebound atau mantul. Namun kalau ternyata secara fundamental saham nyangkut tersebut masih tergolong mahal atau secara teknikal belum mencapai dasar atau oversold maka kabur menyelamatkan diri dari saham tersebut adalah langkah paling tepat, berapapun sisa modal yang ada, apakah tinggal 75%, 60% atau lebih kecil lagi. Ini karena potensi meluncur ke bawah masih cukup besar untuk saham tersebut. Jadi jangan ikut-ikuta terus meluncur ke dasar jurang. Segera kabur, lalu cari saham lain yang dianggap lebih bagus dan lebih berpeluang untuk mengembalikan modal yang hilang meskipun secara bertahap alias sedikit demi sedikit.
Itu tadi beberapa langkah strategi yang bisa dijadikan pilihan untuk mengatasi saham yang nyangkut. Nah selamat berburu cuan kembali untuk menutupi loss yang sudah terjadi. Dan jangan lupa untuk terus mengasah kemampuan analisis fundamental dan teknikal karena kedua analisis tersebut ibarat kuda-kuda yang harus selalu dibuat kokoh supaya investor atau trader tidak mudah ambruk.
Penulis adalah Kepala Laboratorium Investasi dan Pasar Modal serta dosen pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Brawijaya.