Kanal24, Malang – Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada pemilu baru-baru ini menimbulkan berbagai reaksi di kancah global, terutama dalam ranah ekonomi. Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2024, menyebutkan bahwa perubahan kebijakan di bawah kepemimpinan Trump diperkirakan membawa dampak signifikan terhadap ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
“Bank Indonesia terus memantau dan mencermati dinamika politik di AS, khususnya terkait terpilihnya kembali Presiden Trump. Kami telah melakukan sejumlah asesmen atas potensi dampaknya terhadap perekonomian global,” kata Perry dalam konferensi pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (20/11).
Berdasarkan pengamatan BI, terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump. Berikut adalah rinciannya:
1. Kebijakan Inward-Looking
Trump dikenal dengan pendekatan ekonomi yang lebih berorientasi domestik atau inward-looking. Ini mencakup kebijakan perdagangan proteksionis yang berpotensi memicu fragmentasi ekonomi global. Salah satu contohnya adalah penerapan tarif tinggi pada negara-negara seperti China, Uni Eropa, dan Meksiko.
“Tarif sebesar 25% diperkirakan akan diterapkan pada berbagai produk, termasuk besi, aluminium, dan kendaraan dari Uni Eropa, serta mesin elektronik dan bahan kimia dari China. Kebijakan ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dari prediksi 3,2% menjadi 3,1% pada 2025,” ungkap Perry.
2. Penurunan Inflasi AS yang Lambat
Perry menjelaskan bahwa kebijakan domestik Trump, termasuk pemotongan pajak, bertujuan untuk mendorong konsumsi dan investasi di dalam negeri. Namun, dampaknya terhadap inflasi justru memperlambat pencapaian target inflasi jangka menengah sebesar 2%.
“Penurunan suku bunga oleh Federal Reserve juga diperkirakan lebih terbatas, hanya turun 50 basis poin pada 2025, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 75-100 basis poin,” jelasnya.
3. Defisit Fiskal yang Melebar
Peningkatan defisit fiskal menjadi salah satu perhatian utama. Defisit diperkirakan melebar hingga 7,7% dari PDB pada 2025, jauh di atas prediksi awal sebesar 6,5%. Kondisi ini dapat memperburuk posisi utang Amerika Serikat dan meningkatkan tekanan terhadap stabilitas finansial global.
4. Fluktuasi Pasar Keuangan Global
Terpilihnya kembali Trump membawa ketidakpastian yang lebih tinggi di pasar keuangan. Mata uang dan aset-aset berisiko mungkin akan mengalami volatilitas seiring dengan kebijakan Trump yang sering kali tidak terduga.
5. Dampak pada Negara Berkembang
Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, diperkirakan akan terdampak melalui transmisi kebijakan perdagangan dan moneter AS. Perry menyebutkan bahwa Bank Indonesia siap mengambil langkah-langkah mitigasi untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
“BI akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan stabilitas nilai tukar rupiah, sambil memantau kebijakan perdagangan dan investasi global yang berkembang,” ujarnya.
Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS membawa tantangan baru bagi ekonomi global. Kebijakan proteksionisme, peningkatan defisit fiskal, hingga dinamika inflasi menjadi sorotan utama. Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang terus berubah. (nid)