Kanal24, Malang – Dalam era globalisasi, pemahaman terhadap politik luar negeri menjadi semakin penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Indonesia, sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kini semakin meneguhkan posisinya di kancah internasional dengan bergabung dalam BRICS+, sebuah forum kerja sama multilateral yang mengedepankan solidaritas negara-negara berkembang.
Namun, keanggotaan Indonesia di BRICS+ tak hanya menjadi isu bagi para pemimpin dan diplomat. Generasi muda, terutama pelajar dan mahasiswa, perlu memahami dampak dan peluang dari keterlibatan ini. Pengetahuan ini penting untuk membangun kesadaran kritis dan kemampuan berpikir global, yang pada gilirannya akan mencetak generasi yang mampu menjawab tantangan dunia modern.
Memahami urgensi ini, Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya menyelenggarakan Workshop Say Hi to HI 2025 di MAN 1 Malang (24/4/2025). Kegiatan yang mengusung tema “Get to Know Indonesia’s Foreign Policy in Multilateral Forum” ini bertujuan untuk memperluas wawasan siswa-siswi terkait peran aktif Indonesia di forum multilateral, khususnya dalam keanggotaan terbarunya di BRICS+, yang dimulai pada Januari 2025.
Sebanyak 52 peserta antusias mengikuti kegiatan ini, yang dirancang untuk mengenalkan dasar-dasar Ilmu Hubungan Internasional hingga isu-isu strategis yang relevan dengan kebijakan luar negeri Indonesia.
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 Kamis, (15/5/2025), Dosen Prodi Hubungan Internasional UB sekaligus Ketua Kelompok Pengabdian, Aswin Ariyanto Azis, S.Ip., M.DevSt., menekankan pentingnya pengarusutamaan isu politik luar negeri di kalangan generasi muda.
“Acara semacam ini perlu untuk ditingkatkan dan dimarakkan, terutama bagi kalangan siswa/i SMA sederajat. Mengetahui isu-isu internasional dapat mengundang diskusi untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Apalagi jika fenomena itu dekat dengan negara kita, Indonesia. Keanggotaan terbaru Indonesia di BRICS+ akan berdampak besar bagi hubungan luar negeri Indonesia. Indonesia dirasa mengambil langkah yang cukup berani, menguatkan dirinya dalam menjadi front runner negara-negara selatan,” jelasnya.
Workshop ini terbagi menjadi dua segmen utama. Pada segmen pertama, peserta dikenalkan pada konsep dasar dalam Ilmu Hubungan Internasional, seperti kebijakan luar negeri, perang dan perdamaian, organisasi internasional, hingga masalah global. Segmen ini memberikan landasan penting sebelum beralih ke segmen kedua, yang membahas secara spesifik peran Indonesia di BRICS+.

Dalam segmen kedua, peserta diajak mendalami sejarah dan implikasi politik luar negeri Indonesia sebagai anggota BRICS+. Diskusi mengenai peran strategis Indonesia di forum tersebut menjadi fokus utama, mengingat posisi Indonesia yang kini semakin menonjol di kancah internasional.
Selain sesi materi, workshop ini juga menghadirkan lomba poster kreatif sebagai bagian dari aktivitas interaktif. Para peserta diminta membuat poster yang mencerminkan pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan.
Workshop yang berlangsung selama lima jam ini mendapatkan respons positif dari peserta. Salah satu peserta menyampaikan kesannya melalui formulir umpan balik anonim.
“Terlihat, para speaker menyampaikan materinya dengan mudah dipahami, sehingga membuat saya cukup memahami apa itu ilmu Hubungan Internasional? Apa itu BRICS? Karena saya sendiri baru mengetahui ada organisasi internasional BRICS dan Indonesia bergabung sebagai anggota,” ujarnya.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari pihak MAN 1 Malang Gondanglegi sebagai langkah awal yang efektif dalam membentuk generasi muda yang lebih kritis dan peduli terhadap isu-isu internasional. Universitas Brawijaya berharap acara serupa dapat terus dilakukan untuk mendukung misi akademis dan menciptakan kesadaran global di kalangan pelajar.