Kanal24, Malang – Universitas Brawijaya menerima bantuan dari Uni Eropa sebesar 4.98 juta Euro atau setara dengan 81 miliar rupiah. Dana ini akan digunakan untuk memperluas fasilitas kesehatan di RSUB, termasuk laboratorium riset dan memperbaiki pelayanan untuk penyakit infeksius, termasuk ruang isolasi, rawat darurat, dan rawat jalan.
Keterangan ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama Universitas Brawijaya, Prof. Moch. Sasmito Djati saat menyambut Duta Besar Uni Eropa, H.E. Vincent Piket di RSUB dan Gedung Rektorat Universitas Brawijaya (1/2/2023).
Prof. Sasmito menyatakan bahwa Universitas Brawijaya menerima hibah dari Uni Eropa sebesar 4.98 juta Euro, serta soft loan sebesar 37 juta Euro atau sekitar 600 miliar rupiah dari KfW, yang merupakan perwakilan pemerintah Jerman.
“Khusus anggaran hibah ini akan digunakan untuk mendukung penelitian mengenai penyakit infeksius di Universitas Brawijaya dan RSUB”, jelasnya.
Program tersebut menurut keterangan Prof. Sasmito sudah ditandatangani sejak tahun sebelumnya.
“Pada awalnya memang untuk Covid-19, namun kami percaya Covid sendiri hanyalah salah satu dari sekian banyak jenis penyakit infeksius. Jadi tetap penting artinya untuk kita melakukan penelitian lebih lanjut”, terangnya.
Menurut Sasmito, ini adalah kesempatan penting untuk mengembangkan rumah sakit dan harus dimanfaatkan dengan baik.
Vincent menyebutkan bahwa tujuannya melakukan kunjungan ke RSUB adalah untuk memantau perkembangan pelaksanaan kerjasama antara Universitas Brawijaya dan Uni Eropa yang disalurkan melalui KfW.
“Kehadiran saya di sini untuk melihat bagaimana perkembangan kerjasama dan berkontribusi kepada pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan infrastruktur kesehatan dan pendidikan, sekaligus untuk bersiap menghadapi kemungkinan pandemik di masa depan”, terang Vincent.
Menurut Vincent, program hibah tersebut sangat unik karena merupakan hasil kerjasama antara Uni Eropa dan pemerintah Indonesia dan ia merasa bangga karena dapat berkontribusi bagi Universitas Brawijaya.
Dr. Viera Wardhani sebagai Koordinator Proyek untuk Rumah Sakit Universitas Brawijaya menyatakan bahwa program tersebut tidak hanya bertujuan untuk membangun fasilitas kesehatan, tetapi juga untuk membantu proses akademik di Universitas Brawijaya.
“Di tiap area di RSUB, direncanakan ada ruang pembelajaran dan teknologi kedokteran yang memungkinkan fungsi pelayanan dan pembelajaran mahasiswa tetap berjalan tanpa mengesampingkan hak-hak pasien. Sehingga pelayanan kepada pasien tetap di jalankan secara profesional namun tidak mengesampingkan tujuan pendidikan”, jelasnya.
Ia menambahkan bahwa program ini tidak hanya meliputi RSUB, namun juga meliputi peningkatan peralatan medis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran Gigi. (din)