Kanal24, Malang – Fakultas Hukum (FH) Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah, “The 7th Conference on Human Rights”, yang mengangkat tema “Human Rights, Peace, and Innovation in Asia and the Pacific: A Synergistic Approach to Sustainable Societies” di Gedung FH UB pada Rabu (28/08/2024).
Acara ini menjadi ajang pertemuan para ahli dan akademisi di bidang hak asasi manusia (HAM) dari berbagai negara untuk membahas isu-isu terkini dan inovatif terkait HAM di kawasan Asia Pasifik.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Dekan FH UB, Dr. Aan Eko Widiarto, S.H., M.Hum., yang menandai dimulainya rangkaian agenda penting dalam konferensi ini. Dalam pidato pembukaannya, Dr. Aan menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan momentum penting bagi Universitas Brawijaya untuk memperkuat peran serta kontribusi dalam pengembangan HAM, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sementara itu, Dr. Muktiono, S.H., M.Phil, Ketua Sepaham Indonesia sekaligus Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FH UB, menjelaskan secara rinci agenda yang akan berlangsung sepanjang hari. “Agenda hari ini dimulai dengan opening ceremony yang dibuka oleh Bapak Dekan, kemudian dilanjutkan dengan sesi plenary yang diisi oleh salah satu komisioner Komnas HAM, Mbak Anis. Setelah itu, kita akan melanjutkan dengan diskusi panel yang terdiri dari 63 panel, di mana seluruh peserta yang berjumlah sekitar 350 orang dari 26 negara akan berpartisipasi,” ujar Dr. Muktiono.
Ia juga menjelaskan latar belakang dan tujuan diselenggarakannya acara ini, selain merupakan agenda rutin para scholars atau ahli di bidang hak asasi manusia dari seluruh dunia untuk membahas isu-isu terkini terkait dengan HAM, kegiatan ini juga merespon permasalahan yang ada dan memberikan tawaran-tawaran solusi terkait isu-isu tersebut.
“Targetnya adalah memberikan kontribusi dalam pendidikan, penelitian, dan pengajaran HAM yang hasilnya akan diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal internasional,” jelasnya.
Tema besar yang diangkat tahun ini, yaitu inovasi dalam kemajuan HAM yang dikaitkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di wilayah bumi bagian selatan, menjadi fokus utama diskusi. Dr. Muktiono menyoroti bahwa di wilayah tersebut, pemenuhan hak asasi manusia masih perlu mendapatkan penguatan dibandingkan dengan belahan bumi utara.
“Keberlanjutan pembangunan merupakan komitmen masyarakat dunia untuk memperbaiki kehidupan masyarakat secara umum. Di dalamnya termasuk berbagai isu mulai dari pendidikan, hak-hak perempuan, isu lingkungan, hak atas pangan, kesehatan, dan lain sebagainya, yang semuanya bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan,” tambah Dr. Muktiono.
Sebagai Ketua Sepaham Indonesia, Dr. Muktiono juga menjelaskan bahwa Sepaham secara tradisi merupakan penyelenggara dari konferensi HAM internasional di Indonesia. “Setiap tahun, lokasi penyelenggaraan konferensi ini berganti-ganti. Tahun ini di Universitas Brawijaya, tahun lalu di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahun depan, kita sudah menentukan penyelenggaraannya di Universitas Airlangga, Surabaya,” ungkapnya.
Dr. Muktiono juga menekankan pentingnya persiapan material dan komitmen penyelenggara dalam mengorganisir acara ini. “Kami memiliki mitra tetap, seperti dari University of Sydney Australia, Kemenkumham, dan Komnas HAM. Partner ini rutin mendukung kami, khususnya dalam bidang pelatihan penulisan jurnal akademik,” jelasnya.
Acara ini dihadiri oleh para akademisi, praktisi, dan perwakilan dari berbagai lembaga internasional, yang semua berperan aktif dalam berbagai diskusi panel dan sesi pleno yang telah dijadwalkan. Konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi signifikan bagi pengembangan dan implementasi HAM di Asia Pasifik, serta memberikan solusi inovatif untuk menciptakan masyarakat yang lebih damai dan berkelanjutan. (nid/una)