KANAL24, Malang – Umat manusia tidak boleh kehilangan kontrol meski pandemi Covid-19 mengakibatkan semua orang mengalami krisis, hal ini karena seluruh umat di dunia tidak ada yang siap dengan pandemi tersebut. Karena krisis inilah terjadi perubahan besar bukan hanya dalam satu aspek saja melainkan semua aspek kehidupan, oleh karena itu manusia mengalami uncertainty atau ketidakpastian. Sama dengan latar belakang terjadinya isra’ mi’raj, Rasullulah SAW mengalami kisah yang luar biasa, karena pamannya yakni Abdul Muthalib dan istri Rosul yakni Khadijah meninggal dunia. Tausiyah ini disampaikan oleh Ustadz Wijayanto pada Tabligh Akbar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya, senin (15/3/2021) secara daring.
Dihadapan 500 an peserta Tabligh Akbar daring tersebut, Ustadz Wijayanto mengatakan saat kondisi penuh dengan ketidakpastian dan tidak boleh kehilangan kontrol, maka Rasullulah SAW oleh Allah SWT pertama diisra’kan kemudian dimi’rajkan. Peristiwa isra’ mi’raj ini merupakan peristiwa gaibiyah, peristiwa yang tidak masuk di akal karena banyak orang-orang kafir dulu mengatakan bahwa Rasullulah sedang mabuk karena mustahil dalam satu malam dari Mekkah bisa sampai ke Palestina.
“Oleh karena itu, isra’ mi’raj ini berbicara tentang sesuatu jangan hanya mengandalkan akal dalam beragama, beragama harus diniatkan untuk ibadah, segala sesuatu diniatkan untuk ibadah. Termasuk juga dalam bekerja pun harus diniatkan untuk ibadah,” terangnya.
Sang ustadz melanjutkan, pandemi ini mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur kepada Allah karena masih memiliki pekerjaan. Oleh karena itu kerja harus dijadikan ibadah, bekerja harus diniatkan kepada Allah, dengan cara kerja yang profesional dan bertanggung jawab, dan hasil kerjanya juga digunakan untuk beribadah kepada Allah melalui zakat, infaq, dan shodaqoh.
Kemudian, datangnya musibah covid-19 ini jangan sampai membuat umat manusia mengeluh kepada Allah SWT. Manusia patut meneladani sikap Rasul yang selalu patuh dan taat kepada Allah. Karena pada perjalan isra’ mi’raj, Rasul bertemu dengan beberapa nabi, salah satunya Nabi Ibrahim , yang mana Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya Nabi Ismail padahal Nabi Ibrahim sudah sejak lama menunggu kehadiran anak. Inilah yang hendaknya patut diteladani oleh umat manusia bahwa hendaknya manusia bersabar dalam 3 hal yakni sabar didalam musibah, sabar untuk menanti syafaat, dan sabar untuk tidak maksiat, karena sesungguhnya musibah yang datang berasal dari Allah SWT.
“Kesabaran ditingkatkan menjadi ridho dan ikhlas, kalau sabar itu menerima tetapi ikhlas lebih lapang dada karena itu merupakan surat cinta dari Allah. Di islam, kalau orang sudah ada masalah, maka bertemunya dengan Allah,” katanya.
Ustadz Wijayanto juga mengatakan bahwa dari peristiwa isra’ mi’raj ini ada “oleh-oleh” yang dibawa oleh Rasullulah untuk dipatuhi, ditaati, dan dilaksanakan oleh umatnya, yakni yang pertama sholat wajib 5 waktu yang merupakan bentuk hubungan vertikal antara manusia dengan penciptanya (Habluminallah), kemudian hubungan horizontal antar sesama umat manusia (habluminannas), dan tak lupa yakni penguatan aqidah dan akhlak sebagai bentuk proses character building kepada umat islam. (meg)