Kanal24, Malang – Kesetaraan bagi penyandang disabilitas masih menjadi tantangan besar di masyarakat. Kurangnya pemahaman dan empati sering kali menjadi penghalang utama bagi mereka untuk mendapatkan hak yang sama. Oleh karena itu, inisiatif yang mampu meningkatkan kesadaran publik menjadi sangat penting, termasuk melalui media seperti film dokumenter.
Pemutaran perdana film dokumenter berjudul “Sudut Pandangku: Suar untuk Kesetaraan” ini digelar di Athome Space Malang, Sabtu (14/12/2024). Film berdurasi 13 menit 14 detik ini mengangkat isu disabilitas melalui sudut pandang para narasumber yang memiliki pengalaman langsung dengan berbagai jenis disabilitas.
Acara nonton bareng ini dihadiri 14 orang, termasuk anggota komunitas KOPINUS, dua orang tim pengabdian masyarakat, dan ketua proyek film dokumenter. Suasana menjadi semakin hangat ketika Muhammad Iqbal Ashari, salah satu narasumber utama dalam film, tiba di lokasi setelah pemutaran pertama selesai. Untuk menghormati kehadirannya, film diputar ulang, sehingga total peserta yang hadir menjadi 15 orang.
Film ini mendapat respons positif dari para peserta. Dorothy Juda Manullang, salah satu pengamat isu disabilitas sekaligus volunteer di KOPINUS, memberikan apresiasi terhadap film tersebut. “Menurut saya, film ini sangat cocok ditampilkan kepada masyarakat karena sangat ringan dan dapat meningkatkan kesadaran tentang disabilitas,” ungkapnya.
Selain apresiasi, beberapa masukan juga disampaikan untuk penyempurnaan film. Afif Husain Rasyidi, misalnya, menyarankan agar pertanyaan dalam film dilengkapi dengan voice over agar lebih inklusif bagi teman disabilitas. Ia juga menekankan pentingnya perbedaan karakter suara bagi narasumber tuli yang diwawancarai. Saran serupa juga datang dari Dhimas Dadyo Wicaksono, yang mengusulkan penambahan footage pendukung untuk memperjelas gambaran cerita dari para narasumber.
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 Selasa (17/12/2024), dijelaskan bahwa proses produksi film ini dimulai sejak Agustus 2024, dengan tahap syuting berlangsung pada 14 September 2024. Film ini selesai pada 7 November 2024 dan mendapatkan pengakuan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada 9 November 2024. Proyek ini digagas oleh Sinta Swastikawara, S.I.Kom., M.I.Kom., dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, bersama empat mahasiswa: Adinda Irfayani, Syafina Hidayah, Fitri Syamsuddin, dan Muhammad Elga Johan Prasetyo.
Film ini menghadirkan 10 narasumber dengan berbagai latar belakang, seperti Elo Kusuma Alfred Mandeville dan Annisa Kusuma Wardha sebagai narasumber disabilitas fisik (daksa), Callan Rahmadyvi Triyuna dan Hafiz Ilmi sebagai narasumber tuli, hingga Johana Gabriela Purba dan Sadam Ashar Aqbi Aubay sebagai narasumber disabilitas sensori (netra). Teknik wawancara digunakan dalam film ini untuk menggali pengalaman pribadi serta pandangan narasumber tentang isu disabilitas.
Ayu Meilindatul Hikmah, Ketua KOPINUS, mengungkapkan rasa terima kasih atas hadirnya film ini. “Sudut Pandangku: Suar untuk Kesetaraan akan dimanfaatkan oleh KOPINUS dalam berbagai kegiatan edukasi masyarakat. Film ini diharapkan memberikan manfaat dan dampak positif, baik bagi KOPINUS maupun masyarakat luas,” tuturnya.
Film ini diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya kesetaraan dan penghapusan stigma terhadap teman-teman disabilitas.