Kanal24, Malang – Kementerian Pemberdayaan Perempuan Progresif Kabinet Simpul Memori 2025 Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya menggelar program bertajuk Hear & Heal 2025, sebuah forum diskusi dan evaluasi terbuka yang difokuskan untuk memperkuat peran Unit Layanan Terpadu Kekerasan Seksual dan Perundungan (ULTKSP) di lingkungan kampus. Acara ini berlangsung selama dua hari, yakni pada Senin (2/6/2025) dan akan berlanjut pada Rabu (4/6/2025), bertempat di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya.
Ketua pelaksana kegiatan, Alifia Isna Salsabila, menjelaskan bahwa program ini diinisiasi oleh Kementerian P3 (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan) Eksekutif Mahasiswa sebagai respons atas belum maksimalnya kinerja ULTKSP di beberapa fakultas.
Baca juga:
Prof. Handono Kalim : Waspada Autoimun, Kenali Sejak Dini!

“Kami melihat bahwa ULTKSP di tiap fakultas masih memiliki banyak tantangan. Oleh karena itu, Hear & Heal ini hadir sebagai wadah terbuka untuk berdiskusi, mengevaluasi, dan mencari solusi bersama,” jelas Alifia.
Hari pertama kegiatan difokuskan pada diskusi terbuka dan presentasi evaluasi dari perwakilan masing-masing fakultas, mengenai capaian dan kendala dalam penanganan kasus kekerasan seksual dan perundungan. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yakni Pak Sunarto dan Bu Ulifah, yang turut memberikan kritik dan saran konstruktif terhadap paparan dari masing-masing fakultas.
Selain sesi presentasi, forum ini juga memberi ruang aman bagi peserta untuk menyampaikan pertanyaan, masukan, maupun curahan hati. Di dalam struktur kegiatan Hear & Heal, terdapat pula inisiatif bernama “Jaga Batin”, yakni sebuah forum khusus untuk membantu mahasiswa yang mengalami atau mengetahui kasus kekerasan seksual agar bisa segera mendapatkan dukungan dan bantuan psikologis.
Kegiatan pada hari pertama tercatat dihadiri oleh 54 mahasiswa, 2 pemateri, serta 25 panitia yang berasal dari kalangan BEM Universitas. Sesi berlangsung mulai pukul 08.00 WIB dan berakhir sebelum waktu salat Dzuhur.
Adapun puncak acara, yang dijadwalkan pada Rabu (4/6/2025), akan menghadirkan pihak universitas secara langsung, termasuk Wakil Rektor, Wakil Dekan III dari masing-masing fakultas, serta perwakilan dari ULTKSP UB. Pada hari kedua ini, masing-masing fakultas akan kembali mempresentasikan tindak lanjut dari evaluasi sebelumnya, sekaligus menunjukkan progres penyelesaian permasalahan yang telah diidentifikasi.
Baca juga:
Persada Hospital Edukasi Publik Tentang Penyakit Autoimun
Alifia berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi rutinitas semata, namun benar-benar berdampak secara sistemik bagi semua elemen kampus.
“Kami ingin Hear & Heal ini membantu teman-teman BEM fakultas agar tidak merasa sendirian saat menghadapi kasus-kasus yang berat seperti kekerasan seksual. Kami juga ingin para korban di luar sana tahu bahwa mereka tidak sendiri, kami hadir dan peduli,” tutupnya penuh harap.
Dengan semangat solidaritas, Hear & Heal 2025 bukan hanya menjadi forum diskusi, namun menjadi simbol komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman, responsif, dan berkeadilan. (nid/bel)