Kanal24, Malang – Kementerian Lingkungan Hidup Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya (UB) 2025 mencanangkan program kerja strategis yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan pengawalan isu-isu krisis iklim. Salah satu inisiatif utama yang akan dijalankan adalah Bilik Suara, sebuah platform kolaboratif yang bertujuan untuk memperkuat advokasi lingkungan serta mendorong partisipasi mahasiswa dalam memperjuangkan kebijakan keberlanjutan. Selasa, (25/02/2025).
Bilik Suara: Sinergi Mahasiswa dalam Isu Lingkungan
Menteri Lingkungan Hidup EM UB 2025, Rabbani Arga Danendra, menjelaskan bahwa program Bilik Suara dirancang untuk menjadi ruang diskusi dan advokasi bagi mahasiswa yang peduli terhadap isu lingkungan. Melalui program ini, mahasiswa akan mendapatkan akses untuk berdialog dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi lingkungan, akademisi, dan pemerintah.
“Kesinergian antara EM UB dengan Penabulu ini menjadi landasan dasar bagi mahasiswa sebagai agen perubahan. Teman-teman sekalian perlu menyadari bahwa Penabulu bergerak di bidang isu lingkungan yang sedang marak saat ini,” ujar Rabbani.
Menurutnya, program ini juga bertujuan untuk mengawal kebijakan di bidang lingkungan hidup, terutama terkait ketahanan pangan dan krisis iklim. Dengan adanya Bilik Suara, mahasiswa dapat berkontribusi dalam merumuskan solusi konkret yang nantinya akan disampaikan kepada pemangku kebijakan di tingkat lokal maupun nasional.
“Kementerian Lingkungan Hidup EM UB berkomitmen untuk bergerak bersama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih berkelanjutan, khususnya di bidang ketahanan pangan dan krisis iklim,” tambah Rabbani.
Kolaborasi dengan Yayasan Penabulu untuk Penguatan Advokasi
Sebagai bagian dari program kerja ini, EM UB menjalin kerja sama strategis dengan Yayasan Penabulu, sebuah organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Jagat Patria, Program Manager Yayasan Penabulu, menyampaikan bahwa sinergi dengan mahasiswa menjadi langkah penting dalam memperkuat gerakan lingkungan di Indonesia.
“Kami melihat banyak mahasiswa memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu lingkungan, tetapi sering kali belum mendapatkan ruang yang cukup untuk menyuarakan gagasan mereka. Melalui kolaborasi ini, kami ingin menangkap aspirasi mereka dan mengembangkan inisiatif bersama,” jelasnya.
Yayasan Penabulu berkomitmen untuk terus mendukung EM UB dalam advokasi lingkungan dengan memberikan akses ke berbagai jaringan nasional, sehingga mahasiswa memiliki wadah lebih luas untuk menyuarakan gagasan mereka.
Fokus pada Ketahanan Pangan dan Krisis Iklim
Dalam pelaksanaannya, Bilik Suara akan menyoroti dua isu utama, yaitu ketahanan pangan dan krisis iklim. Kedua isu ini dianggap sebagai tantangan besar yang membutuhkan perhatian dan keterlibatan langsung dari generasi muda.
- Ketahanan Pangan
- Program ini akan mengedukasi mahasiswa tentang keberlanjutan dalam sektor pertanian dan konsumsi pangan.
- EM UB akan bekerja sama dengan komunitas lokal dan organisasi lingkungan untuk mendorong praktik pertanian ramah lingkungan dan pola konsumsi berkelanjutan.
- Krisis Iklim
- Diskusi dan kajian akan dilakukan untuk memahami dampak perubahan iklim serta mencari solusi konkret untuk mengurangi emisi karbon.
- EM UB akan mengadakan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Membangun Gerakan Mahasiswa untuk Indonesia Berkelanjutan
Sebagai organisasi mahasiswa yang aktif dalam advokasi lingkungan, EM UB bertekad untuk menjadikan Bilik Suara sebagai program yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat. Dengan adanya kolaborasi bersama Yayasan Penabulu, mahasiswa UB diharapkan dapat memainkan peran lebih besar dalam mengawal kebijakan lingkungan serta mendorong perubahan di tingkat kebijakan dan aksi nyata di lapangan.
Melalui langkah ini, EM UB berharap dapat membangun generasi muda yang lebih sadar akan pentingnya keberlanjutan dan mampu menjadi pelopor perubahan dalam menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. (fan)