Kanal24, Malang – Dalam rangka memperingati International Day of Disability 2024, Swiss-Belinn Malang menyelenggarakan sebuah pagelaran busana seni inklusi bertajuk “Helai Makna”. Acara ini menampilkan karya seni dari kelompok disabilitas yang tergabung dalam komunitas “Pejuang Mimpi”, dengan inovasi batik Eco Print berbahan dasar limbah kain selimut dan sprei hotel pada Selasa (10/12/2024).
Gunawan Tri Darma Putra, General Manager Swiss-Belinn Malang, menyatakan bahwa acara ini merupakan bagian dari program CSR Swiss-Belinn yang bertujuan memberdayakan masyarakat berkebutuhan khusus.
“Hari ini adalah hari yang istimewa bagi kita semua. Swiss-Belinn tidak hanya berfokus pada bisnis, tetapi juga berkomitmen untuk mendukung saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan,” ujar Gunawan.
Menurutnya, limbah linen yang sudah tidak layak pakai diolah menjadi media kreatif oleh komunitas disabilitas untuk menghasilkan batik Eco Print. Proses kreatif ini menggunakan bahan alami, seperti daun, yang memberikan corak unik pada kain. “Hasil karya mereka tidak kalah dengan produk fashion di pasaran. Bahkan, ini bisa menjadi seragam untuk institusi atau organisasi,” tambah Gunawan.
Pagelaran busana ini tidak hanya menampilkan batik Eco Print, tetapi juga memperlihatkan kemampuan lain dari sahabat disabilitas, seperti seni musik dan lukis. Salah satu vokalis berbakat dan pianis difabel turut memeriahkan acara, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkreasi.
Lukisan hasil karya seniman difabel juga dipamerkan di lokasi acara dan tersedia untuk dijual. “Kami ingin karya mereka tidak hanya dihargai, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi komunitas ini,” kata Gunawan.
Swiss-Belinn Malang berencana untuk menjadikan kegiatan seperti ini sebagai agenda tahunan, dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi sahabat disabilitas. “Ke depan, kami berharap kegiatan ini bisa lebih sering dilakukan agar semakin banyak orang yang peduli dan memahami kemampuan luar biasa mereka,” ujar Gunawan.
Acara ini sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap individu, dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, memiliki hak untuk diterima dan dihargai. Pagelaran “Helai Makna” adalah bukti nyata bahwa seni dapat menjadi medium inklusi dan pemberdayaan yang kuat.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan sahabat disabilitas tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pemain utama dalam menciptakan peluang dan karya yang bermanfaat. Helai-helai kain yang penuh makna ini adalah simbol harapan dan keberanian untuk terus melangkah menuju masa depan yang lebih inklusif. (nid/una)