Kanal24 – Bank Mandiri telah menerapkan penggunaan platform Digital Carbon Tracking. sebagai upaya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasional perusahaan sejak akhir tahun 2023 lalu.
Adam Zahir, Vice President ESG Communication Bank Mandiri, menjelaskan bahwa Bank Mandiri adalah bank pertama di Indonesia yang menerapkan pelacakan jejak karbon secara digital. Inisiatif ini merupakan bagian dari target perusahaan untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) in Operations pada tahun 2030 atau lebih cepat.
“Dengan memonitor jejak karbon secara digital ini, kami juga turut menumbuhkan kesadaran untuk mengimplementasikan praktik bisnis yang lebih berkelanjutan serta menentukan strategi ke depan untuk memperkuat komitmen kami dalam menurunkan emisi operasional,” kata Adam dikutip Kamis (6/6/2024).
Selama lima tahun terakhir, penghitungan emisi GRK oleh Bank Mandiri menunjukkan penurunan dari 358.753,56 tCO2e pada 2019 menjadi 295.713,18 tCO2e pada 2023, atau turun sebesar 17,6%. Tahun 2019 dijadikan sebagai tahun dasar (baseline) untuk penghitungan emisi.
Upaya penurunan emisi operasional juga terlihat dari penurunan intensitas emisi GRK per karyawan, dari 9,18 tCO2e di 2019 menjadi 7,59 tCO2e pada 2023. Ini dicapai melalui berbagai inisiatif efisiensi energi, seperti penghematan bahan bakar minyak dan listrik, penggunaan kendaraan listrik, pemakaian lampu LED, serta pemasangan panel surya.
Platform Digital Carbon Tracking memantau dan mencatat kinerja pengurangan emisi karbon di Bank Mandiri secara transparan, berlaku untuk semua unit Bank Mandiri di Indonesia, mulai dari pusat hingga cabang. Dashboard platform ini dapat diakses publik melalui link: https://esg.bankmandiri.co.id/, sehingga semua stakeholder dapat memantau kemajuan dan komitmen Bank Mandiri secara langsung.
“Penghitungan platform ini sudah mengadopsi ISO 14064-3:2019 tentang kuantifikasi dan pelaporan emisi dan serapan gas rumah kaca. Informasinya bisa diakses dengan mudah oleh publik, sehingga semua orang tetap terinformasi dengan kemajuan dan komitmen kami untuk masa depan yang lebih hijau,” lanjut Adam.
Platform ini bekerja dengan memantau tiga cakupan emisi: konsumsi bahan bakar (BBM), pembelian listrik, dan aktivitas perjalanan dinas pegawai menggunakan pesawat. Ketiga cakupan emisi ini telah disesuaikan dengan Greenhouse Gas (GHG) Protocol, standar akuntansi dan pelaporan emisi gas rumah kaca yang dikembangkan oleh World Resources Institute (WRI) bersama World Business Council of Sustainable Development (WBCSD).
“Pengukuran terhadap emisi GRK dilakukan pada cakupan pertama yang berasal dari penggunaan bahan bakar pada 4.353 kendaraan dan cakupan kedua dari konsumsi listrik di 2.232 kantor cabang di seluruh Indonesia, dengan pelaporan bulanan melalui website Bank Mandiri. Sementara untuk pelaporan tahunan dapat diakses melalui laporan keberlanjutan,” jelas Adam.
“Penghitungan ini sudah dilakukan sesuai standar terkini, jadi penghitungan dari Digital Carbon Tracking sudah sangat mutakhir,” tambahnya.
Bank Mandiri dengan visi untuk menjadi “Indonesia’s Sustainability Champion for a Better Future” terus mengupayakan langkah-langkah berkelanjutan dalam operasinya. Pembentukan platform Digital Carbon Tracking adalah bagian dari upaya mencapai target NZE in Operations pada tahun 2030, sejalan dengan pilar Sustainable Operation dalam kerangka ESG Bank Mandiri. (din)