“Menulis itu menyehatkan” demikian kira-kira kesimpulan yang saya tangkap dari perbincangan saya dengan Prof. Imam suprayogo mantan rektor UIN Maliki Malang pada suatu kesempatan. Beliau adalah salah satu inspirator saya dalam menulis catatan harian, beliau peraih Rekor MURI dalam menulis setiap hari selama 6 tahun tanpa putus.
Suatu ketika saya sempat bertanya kepada beliau, “Apakah Prof Imam pernah sakit dan berhenti menulis pada saat sakit tersebut dalam 6 tahun itu?”, beliau menjawab, “Alhamdulillah tidak!”. Sehingga kesimpulan saya, ternyata menulis itu menyehatkan. Mengapa menulis menyehatkan ?. Hal ini karena seorang yang menulis, berarti dia mengaktifkan hormon-hormon yang ada dalam dirinya dengan menstimulasi otak dan fikirannya, sementara otak adalah pusat instruksi seluruh jaringan yang ada pada tubuh kita. Di saat pikiran kita aktif, maka otak kita menjadi sehat dan akan menginstruksikan kepada seluruh tubuh untuk juga aktif, sehingga fisik tubuh menjadi sehat pula.
Saya percaya dengan suatu ungkapan bahwa, “you are are what you think“, anda adalah sebagaimana yang anda pikirkan. Otak dan pikiran kita adalah quanta diri kita. Quanta adalah sumber dasar yang terkandung dalam penciptaan diri kita. pikiran kita berada dalam ruang unobserve, yaitu suatu potensi utama yang tidak bisa diamati oleh panca indra, namun bisa dirasakan, dan menjadi kekuatan besar yang menggerakkan potensi diri kita, yang di dalam bahasa fisika disebut dengan fisika kuantum, sebuah sumber energi besar yang tidak bisa di observasi, namun mampu melejitkan potensi agar menjadi jauh lebih hebat lagi, itulah pikiran dan perasaan kita.
Pikiran dan perasaan adalah menjadi titik awal dalam mewujudkan realitas hidup kita. Pada pikiran yang sehat, maka akan lahir tindakan-tindakan yang positif, energik dan antusias, yang dari padanya lahir kebiasaan-kebiasaan positif pula, kemudian terwujudlah budaya yang baik dan menjadi karakter penciri identitas seseorang. Pada karakter yang positif, lahirlah nasib atau realitas kehidupan yang baik. Pada pikiran yang sehat akan melahirkan realitas hidup yang sehat, sementara menulis adalah cara menyehatkan pikiran kita, yang berarti dengan menulis, sebenarnya kita sedang mencipta realitas yang terbaik untuk diri kita yaitu daya tahan hidup.
Benarlah bahwa cara untuk membuat diri kita terus bisa bertahan dalam pikiran generasi sekalipun kita telah tiada adalah dengan cara menulis. Kita bisa melihat betapa banyak orang yang hidup pada suatu zaman di masa lampau, namun hanya ada beberapa nama yang terus bertahan hingga masa kini, dan mereka itu adalah para penulis di zamannya‼
Kita mengenal nama Imam Al Ghazali, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Maliki, Imam Ahmad, Imam Hambali, sementara kita tidak pernah berjumpa dengan mereka. Kita mengenal mereka melalui karya-karyanya, mereka telah mengintegrasikan pikiran-pikirannya dengan masa depan melalui tulisan karya-karyanya.
Menulis sejatinya adalah mengikat kenangan untuk dapat menjangkau pikiran masa depan. Menulis adalah cara berkomunikasi dengan masa depan, mewujudkan mimpi hari ini pada masa yang akan datang, dengan menggerakkan pikiran dan energi generasi yang akan datang untuk mewujudkannya. Benarlah sabda Nabi :
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا سَوَادَةُ بْنُ حَيَّانَ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ قُرَّةَ أَبَا إِيَاسٍ يَقُولُ كَانَ يُقَالُ مَنْ لَمْ يَكْتُبْ عِلْمَهُ لَمْ يُعَدَّ عِلْمُهُ عِلْمًا
Telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abdul Majid telah menceritakan kepada kami Saudah bin Hayyan ia berkata: “Aku pernah mendengar Mu’awiyah bin Qurrah Abu Iyas berkata: ‘Dahulu ada ungkapan, ‘Barangsiapa yang tidak menuliskan ilmunya, ilmunya tidak kembali menjadi ilmu’ “. (HR. Ad Darimi, 490).
Ali Bin Abi Thalib Mengatakan “ikatlah ilmu dengan menulis”. Sementara Imam Syafi’i mengatakan” ilmu itu ibarat binatang buruan yang sudah ditangkap,untuk mengikatnya harus ditulis”. Jadi Ikatlah ilmu dengan tulisan maka dia akan terus bertahan dinikmati oleh generasi mendatang. Tulislah Apa yang anda pikirkan, karena hal itu akan mengabadikan pikiran anda untuk dapat menyentuh masa depan.
Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis mengatakan dalam sebuah ungkapannya yang terkenal, Cogito ergo sum, artinya adalah: “akuberpikir maka aku ada”. Sementara Imam Al-Ghazali mengatakan, “Jika kamu bukan anak raja atau ulama besar maka menulislah”. Sehingga menulis itu tidak hanya sekedar menyehatkan namun juga menegaskan tentang keberadaan kita. Hanya orang yang sehat yang akan terus bisa “bertahan” dalam kehidupan.
Menulislah! karena itu menyehatkan. Semoga Allah terus mengkaruniakan pikiran yang cemerlang pada diri kita dan diberi kemampuan untuk dapat menuliskan pikiran-pikiran itu. Semoga tulisan-tulisan kita mendapatkan bimbingan dari Allah dan mampu menjemput Ridhonya. Aamiiin….
KH. Akhmad Muwafik Saleh, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar