KANAL24, Malang – Indonesia secara geografis, hidrologis dan demografis merupakan daerah yang rawan bencana. Disamping rawan bencana, Indonesia juga sangat berpotensi akan sumber daya alamnya. Pernyataan ini disampaikan oleh Pakar Geofisika Kebencanaan dan Sumberdaya Alam FMIPA Universitas Brawijaya Prof. Drs. Adi Susilo, M.Si., Ph.D pada Temu Pakar Kajian tentang Pokok-Pokok Pikiran Haluan Negara (PPHN) serta Arah Perencanaan dan Pengembangan Nasional, senin (7/6/2021) di Fakultas Ilmu Administrasi UB.
Adi menyampaikan isu-isu strategis dan lingkup bidang kajian kebencanaan dan eksplorasi sumber daya alam. Isu yang dikaji adalah memetakan dan mengkuantisasikan cadangan dari sumberdaya alam yang ada pada suatu daerah, bekerja sama dengan pemangku kepentingan.
Kemudian, mitigasi bencana gunung api yang dimulai dari pengenalan macam gunung api, banjir dan longsor, geohidrometeorologi, monitoring dan pemetaan daerah bencana dan sosialisasi ke masyarakat. Bidang bencana sosial dan ekonomi, mengkaji konflik sosial dan menejemen kebencanaan terutama lambatnya koordinasi antar pemangku kepentingan.
Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah publikasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkait dengan kebumian dan kebencanaan. Terakhir, bidang kesehatan, melakukan komunikasi, konsultasi dan advokasi dengan pengurus pusat atau Kepala Markas dalam rangka penyelenggaraan program pelayanan kesehatan di daerah rawan bencana.
“Program kebencanaan dan eksplorasi sumberdaya alam, harus juga mengacu dan bersinergi dengan program yang telah disepakati secara internasional khususnya untuk kebencanaan. Dalam bidang ekplorasi sumber daya alam, prinsip keberlanjutan terhadap lingkungan harus selalu ditekankan,” jelas Adi.
Lanjutnya, program jangka pendek yang selalu harus dilakukan adalah mengenali macam dan jenis bencana secara nasional, regional dan lokal. Nasional, berarti menginventarisir semua macam bencana yang ada di indonesia. Regional, yang biasanya berkaitan dengan propinsi, maka biasanya sudah mulai ada variasi perbedaan antara propinsi yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan, untuk bencana Lokal, maka variasinya sudah jauh sekali dengan daerah lokal lainnya.
Program jangka menengah tersebut adalah lembaga yang semakin rapi dan terkoordinir dengan baik, masyarakat sudah faham dan menyadari jenis bencana beserta konsekuensinya, pemangku kebijakan baik nasional dan daerah mempunyai sumberdaya manusia yang mumpuni dan anggaran yang memadai.
Sedangkan untuk program jangka panjang yang perlu dilakukan adalah, pendidikan kebencanaan perlu dimasukkan di kurikulum sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
“Hal tersebut perlu dituangkan di dalam Pokok Pokok Pembangunan Nasional, karena ketika masyarakat telah memahami hakekat dari bencana yang ada disekitarnya, maka masyarakat akan merasa bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. Masyarakat janganlah menjadi obyek dari penanganan bencana. Tetapi masyarakat perlu dan harus menjadi subyek nya sendiri,” tutup Ketua Pusat Studi Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya tersebut. (Meg)