Hidup di dunia ini amatlah sebentar dan pendek, walaupun seringkali angan-angan kita sangatlah panjang, melampaui dari batas umur kita sendiri. Hidup di dunia ibarat hanya sekedar mampir sejenak untuk selanjutnya kita meneruskan perjalanan panjang tanpa batas di kehidupan keabadian di akhirat kelak.
Imam al-Ghazali Dalam al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk, secara metaforis menjelaskan, ”Dunia ini adalah persinggahan, bukan tempat menetap. Manusia adalah pengembara. Tanah air manusia dan tempat menetapnya adalah ruang dan waktu sesudah itu. Setiap tahun yang dilewatinya bagaikan satu tahapan perjalanan. Setiap bulan yang telah dilewatinya bagaikan istirahat sang musafir di perjalanan. Setiap pekan bagaikan bertemu sebuah desa. Setiap nafas yang berhembus bagaikan langkah-langkah kaki yang terus bergerak mendekati persinggahan terakhir.”
Ibarat seseorang yang sedang melakukan sebuah perjalanan panjang, kita hanya berhenti sejenak di bawah sebuah pohon untuk sekedar mengambil nafas, makan dan minum sejenak, kemudian berjalan kembali. Orang Jawa menyebutkan sebuah perumpamaan bahwa hidup di dunia ini ibaarat hanya sekedar mampir minum saja, mung mampir ngombe. Lalu akankah kita menghabiskan waktu untuk hal yang tiada guna atau menumpuk beban yang akan memberatkan langkah kaki selanjutnya.
Bukanlah seorang yang cerdas, manakala di saat pemberhentian yang sejenak itu kita sia-siakan kesempatan, bahkan bersenang-senang yang dapat melupakan perjalanan yang sebentar lagi akan dilaluinya kembali, ataukah mungkin memperbanyak musuh yang akan membuat perjalanan panjang kita menjadi tidak aman, bahkan menghalangi langkah kaki.
Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bahwa dalam sabdanya :
فعن عبد الله بن مسعود – رضي الله تعالى عنه – قال: نَامَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – عَلَى حَصِيرٍ، فَقَامَ وَقَدْ أثَّرَ فِي جَنْبِهِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ! لَوْ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً، فَقَالَ: “ما لي وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسَتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا. (رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما، وقال الترمذي: هذا حديث حسن صحيح)
Ibnu Mas’ud mengatakan, ‘Nabi tidur di atas tikar. Lalu bangun. Tampak di punggungnya bekas tikar itu.’ Aku menawarkan: ‘bolehkah aku ambilkan kasur, wahai Nabi?’ Beliau menjawab: ‘Apalah aku ini. Aku dalam kehidupan di dunia ini bagaikan seorang pengendara yang berhenti sejenak untuk istirahat, bernaung di bawah pohon. Sesudah itu berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu’. (HR. Tirmidzi).
Jika kita telah tahu bahwa hidup tidaklah lama lalu apa yang harus kita persiapkan agar perjalanan kita lebih ringan dan cepat sampai ke titik tujuan. Ada 4 hal yang harus kita persiapkan agar perjalanan penddk dan singkat ini dapat benar-benar bermakna mendalam bagi sekitar kita, yaitu :
Pertama, manfaatkanlah waktu yang ada dan tersisa dengan baik untuk menambah keimanan kepada Allah dan tidak sampai menjadi orang yang merugi. Betapa Allah telah bersumpah dengan waktu, yang menandakan bahwa hal ini sangat penting, namun kebanyakan manusia tidak mampu mengelolanya dengan baik, sebagaimana banyak dalam Firmannya merujuk pada berbagai hal yang terkait dengan waktu. Sebagai contoh : Allah bersumpah dengan matahari, bersumpah dengan bulan, dengan waktu Dhuha, dengan malam, dengan waktu Fajar, Bersumpah dengan waktu ashar, bahkan bersumpah dengan masa itu sendiri. Semua itu merujuk pada pengertian yang sama yaitu waktu.
Sumpah Allah ini menandakan bahwa kebanyakan manusia menyepelekan waktu yang singkat di muka bumi ini untuk hal yang tiada guna sia-sia dan tidak bermakna. Sementara waktu tidak akan pernah kembali lagi mundur sejengkal pun.
Kedua, lakukan banyak kebaikan dan kemanfaatan bagi sesama. Sehingga sekalipun usia kita pendek maka akan berdampak jangka panjang dan bermakna yang mendalam bagi kehidupan sekitar kita.
Ketiga, Jauhilah berbagai kemaksiatan dan kemungkaran seraya terus berkumpul dengan orang-orang baik agar kita selalu ada yang bisa mengingatkan. Karena akhir zaman ini penuh fitnah maka cara untuk mereduksi dampak keburukannya adalah berkumpul dengan orang-orang yang sholih, ahli ilmu dan ahli ibadah.
Keempat, bersabarlah dengan beragam ujian dan fitnah akhir zaman yang sedang kita hadapi. Seraya terus pasrahkan segala urusan pada Allah swt, janganlah terlalu bersedih atas hal yang tidak sesuai harapan.
Gunakan waktu yang pendek dan sejenak ini dengan amal kebaikan yang berdampak jangka panjang dan bermakna yang mendalam bagi kehidupan. Semoga Allah swt menganugerahkan pada diri kita dengan beragam kebaikan dan selalu membimbing kita di jalanNya dan semoga diridhoiNya. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh, Dosen FISIP UB dan Motivator