dr. Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri, Satgas COVID-19 Universitas Brawijaya
Setahun pandemi COVID-19 di Indonesia dirayakan dengan capaian 1.347.026 kasus terkonfirmasi positif. Indonesia menempati ranking 18 dunia untuk total kasus, ranking 17 dunia untuk total kematian, dan ranking 15 untuk jumlah kasus aktif berdasarkan data Worldometer per 2 Maret 2021.
Setahun merupakan waktu yang cukup panjang bagi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Beberapa indikator pandemi di Indonesia masih menunjukkan kondisi Indonesia saat ini tidak baik-baik saja.
Upaya memutus penularan COVID-19 3T
3T Tes penegakan diagnosis COVID-19 (Testing), penelusuran kontak erat (Tracing), dan tidak lanjut perawatan pasien (Treatment) menjadi salah satu pilar penting memutus rantai infeksi COVID-19. Berdasar data kawalcovid19 dan kemenkes per 2 Maret 2021 positive rate yakni jumlah sampel yang terkonfirmasi positif dibagi total sampel yang dites masih di angka 18,6 persen dimana WHO memberikan standar kurang dari 5 persen. Bicara positive rate tidak lengkap tanpa mengonfirmasi angka sampel yang dites. Standar WHO jumlah tes orang harian untuk Indonesia ada di angka 38.500.
Jumlah tes orang harian Indonesia sempat meningkat hingga 40.184 tes per hari melebihi standar WHO namun kembali menurun di bawah standar WHO pada Februari 2021. Peningkatan jumlah tes orang harian tidak diimbangi penurunan positive rate. Artinya pandemi di Indonesia belum terkendali.
Tracing kasus di Indonesia berdasarkan rasio lacak isolasi per 28 Februari 2021 di angka 1,19. Artinya dari 1 kasus yang terkonfirmasi positif, hanya 1-2 orang saja yang dilacak. Sedangkan, standar WHO menetapkan minimal 30 orang dilacak untuk satu orang yang terkonfirmasi positif. Saat ini Kemenkes sudah mengubah strategi tracing dengan penggunaan rapid tes antigen dimana jika hasilnya positif tetap harus dikonfirmasi menggunakan gold standard pemeriksaan swab rt PCR.
Treatment kasus diprediksi bahwa 20 persen kasus terkonfirmasi positif membutuhkan perawatan di rumah sakit, dimana 5 persen akan membutuhkan ICU, dan 1 persen nya membutuhkan ventilator,hal ini jauh di atas kapasitas rumah sakit. Sehingga menjadi kampanye global untuk menurunkan kurva kasus (flattening the curve). Pada Januari 2021, rumah sakit di lima provinsi sudah kewalahan, persentase tempat tidur (TT) yang terisi dari sekian kapasitas TT yang tersedia (Bed occupancy rate) lebih dari 60 persen. Kondisi krisis membutuhkan tambahan ruang isolasi, ICU dan ventilator tambahan sehingga dibuatlah rumah sakit lapangan. Tragisnya sejumlah 718 tenaga kesehatan telah menjadi korban meninggal terpapar COVID (1 maret 2021). Isolasi mandiri pun tidak mudah bagi sebagian masyarakat. Stigma negative bermunculan. Butuh komitmen tinggi pemerintah pusat dan daerah mengawal 3T.
Komitmen pemerintah dan masyarakat 5M
Menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas dan interaksi (5M) merupakan perilaku yang sama pentingnya dengan 3T. Tidak ada satupun metode tunggal yang mampu menyelesaikan problem ini sendirian. Intervensi berbasis ilmu perilaku dalam kesehatan masyarakat penting diterapkan dalam menjalankan protokol kesehatan selama pandemi.
Laporan BPS 2020 menyebutkan tingkat masyarakat yang mencuci tangan selama pandemic sangat rendah dibandingkan menjaga jarak dan menggunakan masker. Selain fasilitas, model pendekatan ilmu perilaku untuk penegakan kebijakan semestinya lebih tepat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
Gerakan sosial Kampung Tangguh
Dalam perspektif kesehatan masyarakat, tidak semua orang memiliki concern yang sama terhadap isu pandemi. Determinan sosial kesehatan merupakan proses yang membentuk perilaku di masyarakat, mencakup lingkungan sosial, ekonomi, fisik, karakter, dan perilaku individu itu sendiri.
Mengabaikan determinan sosial kesehatan artinya mengabaikan realita ketimpangan sosial di masyarakat. Bagi sebagian orang, mematuhi protokol kesehatan hingga kebijakan lockdown sama sulitnya seperti memilih hidup dan mati. Mereka dihadapkan pada pilihan meninggal karena COVID-19 atau karena lapar. Tentu hal ini membutuhkan pendekatan berbagai disiplin ilmu.
Gerakan sosial Kampung Tangguh yang diinisiasi Universitas Brawijaya berusaha menemukan kebutuhan dan potensi di sosial masyarakat untuk membantu mengatasi hal ini. Tidak mudah untuk mengedukasi masyarakat perihal pencegahan penyakit di saat masalah mereka saat itu adalah kelaparan, rasa tidak aman. Sinergitas multidisiplin ilmu membentuk lumbung pangan sehingga bantuan sosial dapat terdistribusi adil dan merata, serta yang paling penting terus berlanjut sebagai bagian dari solidaritas antar warga. Ibarat kata pepatah tidak ada logika tanpa logistik, setelah logistik ini terpenuhi, kita baru bisa mengajak untuk promosi kesehatan dll.
Pemenuhun tujuh unsur ketangguhan termasuk tangguh SDM, logistik, keamanan, informasi, kesehatan, psikologi, dan budaya tentunya melibatkan koordinasi kolaborasi berbagai stakeholder diharapkan mampu menguatkan peran masyarakat sebagai garda depan dalam penanggulangan bencana non alam COVID-19 ini.
Vaksinasi dan herd immunity
Herd immunity dimaknai dengan kekebalan populasi. Dimana suatu populasi dapat terlindung dari vaksin tertentu jika suatu ambang cakupan imunisasi tertentu tercapai. Prinsipnya dengan memperbanyak individu yang kebal di komunitas sehingga individu yang tentan dapat terproteksi secara tidak langsung. Berdasar rumus, insiden infeksi akan menurun ketika proporsi individu yang kebal terhadap SARS-COV-2 di populasi melebihi 67 persen. Ada 3 tantangan dalam mencapai herd immunity; berapa banyak orang yang terbentuk imunitas setelah infeksi COVID-19? Kapan vaksin COVID-19 dapat tersedia bebas untuk masyarakat umum? Dan bagaimana agar banyak orang mendapat vaksinasi (cakupan vaksinasi)? Sembari pemerintah bergerilya untuk terus mengupayakan proteksi terbaik pada masyarakat, studi lanjut untuk menganalisis efektivitas (dalam kondisi riil masyarakat) vaksin dan respon antibody yang dibentuk serta berapa lama dapat bertahan masih terus dikembangkan. Rekomendasi yang dikeluarkan organisasi profesi (persatuan dokter paru, penyakit dalam, jantung, saraf Indonesia) mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Infodemi
Dan sebagaimana COVID-19 sebagai penyakit baru yang belum banyak diketahui, proses penelitian dan pengembangan terapi juga menimbulkan banyak pendapat berbeda. Merupakan hal yang bisa dipahami adanya kebingungan, kekhawatiran, ketakutan di masyarakat. Sayangnya, faktor-faktor ini juga semakin menambah stereotype yang membahayakan. Yang tidak kalah berbahayanya dari pandemi adalah infodemi. Dengan mudahnya akses ke berbagai media melalui internet, banyak beredar informasi hoax, masyarakat awam kesulitan untuk membedakan asumsi dan fakta, dan seringkali mengakibatkan ketidakpercayaan pada berbagai pihak terkait.
Di saat krisis pandemi seperti saat ini lebih tepatnya kita sama-sama bersinergi menemukan titik temu untuk menghadapi pandemi yang diprediksi global mencapai tujuh tahun ke depan. Upaya sederhana seperti saring informasi sebelum sharing, memvalidasi dari sumber terpercaya dan saling menguatkan sesuai peran kita masing-masing agar tidak adalagi peringatan tahunan COVID-19 di Indonesia.