KANAL24, Malang – Di penghujung tahun 2020, Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua Profesor baru yang dikukuhkan pada selasa (29/12/2020) esok. Mereka adalah Prof. Dr. Drs. Kusdi, DEA dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan Prof. Dr. Ir. As’ad Munawir, MT dari Fakultas Teknik (FT).
Pada konferensi pers yang digelar senin (28/12/2020), Prof. Dr. Drs. Kusdi, DEA menyampaikan tentang orasi ilmiahnya yang berjudul Rancangan Organisasi Sarang Laba-Laba dan Sumber Daya Manusia Untuk Industri 4.0.
“Mengingat bahwa dinamika lingkungan organisasi di era sekarang sangat tinggi, jauh berbeda dibandingkan era sebelumnya yang relatif stabil. Lingkungan yang relatif stabil lebih cocok menggunakan rancangan organisasi mekanistik dengan kompleksitas tinggi. Sedangkan pada lingkungan yang dinamis rancangan organisasi organik lebih relevan,” katanya.
Profesor kelahiran Madiun itu melanjutkan, masyarakat telah memasuki era industri 4.0. Disrupsi teknologi yang begitu cepat ini menuntut rancangan organisasi yang berbeda dibanding sebelumnya. Perusahaan perlu melakukan transformasi struktural. Transformasi struktural organisasi perusahaan akan berdampak pada sumber daya manusiannya.
Aspek struktur sama pentingnya dengan kultur dalam studi organisasi, terlebih pada era industri 4.0 dengan perubahan teknologi yang begitu radikal menuntut adanya dukungan struktur yang relevan dengan implementasi teknologi baru tersebut. Maka dari itu para pelaku usaha harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan aspek struktural, terutama dalam menyikapi hadirnya industri 4.0. Pabrik cerdas (smart factory) yang sarat dengan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi cetak 3D, dan otomatisasi produksi dengan robot yang memerlukan struktur berbeda dibandingkan era sebelumnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. As’ad Munawir, MT yang menyampaikan orasi berjudul Mitigasi Bencana Longsor Menggunakan Bahan Bambu untuk Tiang Komposit sebagai Solusi Inovatif Perkuatan Lereng, mengatakan bahwa pesatnya pembangunan di bidang geoteknik telah memberikan sumbangsih besar pada kemajuan peradaban bangsa ini. Pertumbuhan ini mempengaruhi laju urbanisasi penduduk, yang mana pembangunan konstruksi semakin meningkat sedangkan lahan yang tersedia semakin berkurang. Hal ini turut andil dalam menimbulkan kerawanan longsor pada lereng, baik yang terpotong secara alami maupun buatan. Tentu saja tantangan ini menuntut inovasi sebagai solusi yang aplikatif bagi masyarakat.
Salah satu metode alternatif inovatif dalam memperkuat lereng yaitu memancangkan tiang komposit dengan tulangan bambu pada puncak lereng atau pada lerengnya. Metode ini erat hubungannya dengan pemanfaatan keunggulan bahan bambu yang bersifat natural dan proteksi dari material beton yang memiliki durabilitas tinggi. Tiang komposit beton dengan perkuatan bilah bambu ini dapat memenuhi ekspektasi yang diharapkan yaitu meningkatkan stabilitas lereng dan mengurangi potensi terjadinya kegagalan lereng.
Profesor kelahiran Sidoarjo ini menjelaskan, posisi penempatan bahan bambu sebagai elemen tiang komposit pada perkuatan lereng sebaiknya pada posisi tengah sampai menuju dekat puncak lereng. Selain itu, dalam proses perencanaan perlu mereduksi besarnnya tekanan tanah lateral pada tiang komposit tersebut sesuai dengan kepadatan tanahnya.
“Bahan bambu sebagai elemen pada tiang komposit perkuatan pada lereng secara optimal dapat digunakan untuk mencegah dan menghambat terjadinya longsor pada lereng. Dalam penerapannya, perlu mempertimbangkan faktor reduksi tekanan tanah lateral pada tiang serta posisi penempatannya. Posisi tengah hingga di dekat puncak lereng merupakan lokasi yang paling sesuai untuk penempatan tiang komposit beton bertulangan bambu tersebut,” pungkasnya. (Meg)