KANAL24, Jakarta – Kehadiran PT Bank Syariah Indonesia Tbk diyakini bisa menjadi penggerak utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Potensi ini besar kemungkinan terwujud karena Bank Syariah Indonesia akan meneruskan ekosistem halal yang sudah dirintis bank-bank pendahulunya.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Ventje Rahardjo Soedigno di Jakarta, Kamis (7/1/2021). Menurutnya Bank Syariah terbesar tersebut nantinya dapat memperkuat kapasitas industri keuangan syariah dalam melayani masyarakat.
“Bank Syariah Indonesia mempunyai customer base yang besar, produk lengkap dan jaringan yang luas. Saya berharap BSI (Bank Syariah Indonesia) dapat menjadi prime mover dalam pengembangan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah dengan meningkatkan pengembangan ekosistem halal yang sudah dirintis oleh bank-bank eksisting sebelum merger,” tutur Ventje.
Rencananya, BSI efektif beroperasi pada 1 Februari 2021. Bank Syariah Indonesia lahir dari proses merger yang melibatkan PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah ( BNIS ). Saat ini, proses penggabungan usaha ketiga bank syariah milik negara ini masih berlangsung.
Ventje mengungkapkan, Bank Syariah Indonesia harus memiliki manajemen yang kuat agar bank hasil penggabungan ini dapat segera berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Keberadaan manajemen kuat bisa memastikan terjaganya kualitas pelayanan terhadap nasabah eksisting pun baru.
“Untuk dapat segera take-off, BSI harus memiliki Project Management yang kuat, menjaga service level kepada nasabah eksisting, secara paralel melakukan konsolidasi sistem SDM maupun governance, serta membangun iklim inovasi untuk dapat terus kompetitif, efisien dan sustainable,” ujarnya.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan The State of The Global Islamic Economy Report (SGIE Report) 2020/2021, Indonesia menduduki peringkat keempat dalam Global Islamic Indicator. Posisi ini naik dari peringkat 5 pada 2019, dan peringkat 10 pada 2018. Indonesia juga menduduki peringkat kedua dalam laporan Islamic Financial Development Indicator 2020 atau naik dari peringkat keempat pada 2019.(sdk)