Dalam suatu pertemuan, ada salah seorang peserta bercerita tentang kisah seorang calon pekerja yang akan mengikuti interview sebuah pekerjaan di suatu perusahaan. Selama ini orang tuanya hanya mengajarkan agar dirinya peduli pada hal yang kecil. Di saat para pelamar lainnya mempersiapkan diri dengan berbagai persiapan sementara sang pelamar yang satu tidak sama sekali. Hingga pada saat waktu interview telah tiba, semua calon pelamar dipersilahkan memasuki areal halaman kantor dan diminta menunggu di ruang tamu yang telah disediakan.
Disaat memasuki areal halaman kantor hingga menuju ruang tunggu, pelamar yg satu ini terkejut saat menjumpai beberapa hal yg dilihatnya kurang beres di kantor terssbut. Ada lampu ruangan yang masih menyala, kran air yang masih mengalir sehingga air tampak terbuang, sampah terlihat berantakan, dan saat hendak memasuki ruang interview dia melihat karpet di depan pintu masuk tampak terbalik posisinya.
Karena si calon pekerja ini sudah terbiasa pada hal-hal yang sepele sebab ajaran dari orang tuanya maka secara reflek dia langsung mematikan lampu yang masih nyala di ruang tunggu saat hendak wawancara, lalu dia matikan kran air yang terus mengalir, memungut sampah yang berserakan lalu membuangnya di tempat sampah tanpa rasa risih sedikitpun sementara para calon pekerja lainnya hanya sekedar melihatnya saja sedari tadi. Kemudian saat namanya dipanggil untuk wawancara dia sesegera mungkin menuju ruang interview dan saat melihat karpet atau keset depan pintu terlihat dalam posisi terbalik segera ia perbaiki posisinya, lalu masuklah ke ruang interview.
Hal yang membuatnya terkaget adalah saat dia memasuki ruang, langsung disambut oleh sang pewawancara dengan senyuman dan salaman seraya mengatakan “anda telah diterima sebagai karyawan..!”, tentu calon karyawan ini tambah kaget sebab dirinya belum sempat duduk dan belum diinterview namun telah dinyatakan diterima.
Lalu, berceritalah si pewawancara bahwa semenjak dari pintu luar kantor telah dipasang cctv untuk mengetahui perilaku para pelamar calon pekerja yang akan diwawancarai dan semua kekacauan itu telah sengaja di desain. Ternyata semua calon banyak tidak peduli atas berbagai hal kecil yang ada tersebut kecuali dirinya.
Demikianlah arti penting kepedulian. Islam mengajarkan pada ummatnya agar peduli pada hal sepele apapun dari sebuah kebaikan. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw :
لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ مُنْبَسِطٌ وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي
Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun hanya dengan menuangkan ember airmu ke bejana orang yang membutuhkan air
Betapa banyak diantara kita yang terkadang meremehkan hal-hal kecil dari sebuah kebaikan, semisal menata sandal dengan menghadap keluar. Cobalah kita lihat di masjid-masjid sekitar, betapa banyak para jamaah meletakkan sandal sembarang, sehingga tampak semrawut berantakan yang apabila di lihat dari luar masjid tidak nyaman di pandang, seakan ada sebuah kesan bahwa ummat islam tidak bisa rapi, acak acakan, dsb. Kesan ini tentu akan sangat mempengaruhi pada citra ummat islam. Padahal agama islam adalah agama yang sangat suka kerapian dan kebersihan, bahkan islam meletakkan persoalan ini menjadi bagian integral dari keimanan. Artinya implementasi dan wujud iman itu adalah bersih dan rapi, mulai dari hal yang sangat sepele seperti menata sandal, membuang sampah, dll.
Kepedulian atas hal sepele yang diajarkan islam ini mendorong ummatnya agar peka, jeli dan peduli nantinya atas hal-hal yang ada disekitarnya dan tidak bersikap acuh atas lingkungan. Ummat islam haruslah ikut terlibat bertanggung jawab atas berbagai realitas sekitar dan itulah tanggungjawab dakwah, ummat tidak boleh tinggal diam atas berbagai realitas yang terjadi. Semisal islam mengajarkan bahwa apabila masak masakan maka perbanyak kuahnya, atau islam juga mengajarkan bahwa tidaklah sempurna keimanan seorang muslim manakala dia tidur sementara tetangganya kelaparan. Sebagaimana disebutkan dalam hadist :
وقال صلى الله عليه وسلم ما امن بي من بات شبعان وجاره جائع الى جنبه وهو يعلم
Rasulullah bersabda: Tidaklah beriman kepada-Ku orang yang tidur dalam keadaan kenyang. Sedang tetangganya kelaparan sampai ke lambungnya. Padahal ia (orang yang kenyang) mengetahui.
Tidaklah kepedulian sosial ini akan terwujud apabila tidak dimulai dari hal-hal sepele. Kepedulian sosial inilah yang membentuk suatu realitas masyarakat adil dan makmur dalam naungan islam yang rahmatan lil ‘alamin. Itulah indahnya islam dengan nilainya yang agung, mengajarkan kepada ummatnya agar memperhatikan hal-hal sepele dari sebuah kebaikan itu. Menjadi islam yang baik tidaklah harus melakukan hal-hal besar yang hebat namun mulailah dari hal-hal kecil sepele dan lakukan dengan niat ikhlas untuk kebaikan bersama.
Semoga Allah swt selalu membimbing diri kita agar tetap berada di jalan kebaikan dan terus melakukan kebaikan secara istiqomah hingga akhir hayat menjemput. Semoga Allah swt meridhoi kita. Aamiiinn…
KH. Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang dan Penulis Produktif