KANAL24, Jakarta – Hasil riset yang dilakukan oleh badan usaha Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ( LPEI /Indonesia Eximbank) menyebutkan bahwa ekspor mie instan Indonesia ke pasar non-tradisional berada dalam tren meningkat di masa pandemi Covid-19.
Menurut Head of Business and Economic Research Indonesia Eximbank Institute (IEB), Rini Satriani, ekspor mie instan yang diproduksi di Indonesia yang menyasar pasar non-tradisonal berada dalam tren meningkat di tengah masa pendemi Covid-19.
“Pada 2020, total ekspor mie instan Indonesia mencapai USD271,34 juta atau meningkat 22,96 persen (year-on-year) dari 2019 sebesar USD220,7 juta. Data terkini menunjukkan, nilai ekspor kumulatif Januari-September 2021 tercatat sebesar USD185,04 juta,” kata Rini dalam siaran pers yang dikirim melalui surat elektronik, Jum’at (10/12).
Berdasarkan riset IEB, lanjut Rini, World Instant Noodle Association mencatat bahwa konsumsi mie instan global mencapai 116,56 miliar porsi, sedangkan Indonesia berada di peringkat kedua dengan tingkat konsumsi sebanyak 12,6 miliar porsi atau setara dengan 10,84 persen konsumsi dunia di 2020.
Dia menyampaikan, peningkatan konsumsi mie instan sekaligus mengonfirmasi hasil survei Trailer Park Group Variety (TPG)/Variety Intelligence Platform Covid Impact Study yang mencatat bahwa masyarakat usia produktif di AS lebih banyak menonton televisi, film dan media digital lainnya pada masa pandemi, sehingga aktivitas ini turut mendongkrak konsumsi mie instan.
Lebih lanjut dia menyebutkan, ekspor mie instan di 2020 sebagian besar ditujukan ke Malaysia (31,4 persen) yang selanjutnya diikuti Australia (9,84 persen), Singapura (4,7 persen), Amerika Serikat (4,51 persen) dan Timor Leste (4,25 persen). “Ekspor Indonesia ke lima negara tujuan tersebut di 2020 bertumbuh positif dan berada dalam tren meningkat selama lima tahun terakhir, tercermin dari CAGR yang positif”.
Berdasarkan pengamatan data ekspor mie instan periode 2020-2021 yang dilakukan IEB, terdapat sejumlah negara tujuan ekspor utama yang mencatatkan peningkatan permintaan mie instan, antara lain ke Timor Leste menjadi USD9,78 juta, Kamboja menjadi USD7,75 juta, Taiwan menjadi USD6,42 juta, Vietnam menjadi USD3,29 juta dan Madagaskar meningkat menjadi USD1,98 juta.
“Destinasi ini merupakan pasar non-tradisional, sehingga memberikan sinyal bahwa peluang pasar ke depan semakin terbuka tidak hanya untuk mie instan, tetapi produk makanan olahan lainnya,” papar Rini.
Rini menambahkan, data Trade Map menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat empat eksportir produk pasta (HS-Code 190230) dunia di 2020, setelah China (17,55 persen), Korea Selatan (16,75 persen) dan Thailand (8,71 persen). Indonesia menguasai 7,48 persen pangsa ekspor produk pasta dunia. Adapun ekspor produk pasta terbesar Indonesia (2020) adalah mie instan dengan porsi 88,49 persen, sisanya adalah pasta jenis lain (11,12 persen), soun (0,27 persen) dan bihun (0,11 persen).(sdk)